Jakarta, ILLINI NEWS – Kebangkrutan terus menghantui industri penerbangan global. Kali ini, bayang-bayang keruntuhan menimpa maskapai penerbangan berbiaya rendah (LCC) Amerika Serikat (AS), Spirit.
Menurut laporan Wall Street Journal dan ditulis oleh Reuters, maskapai yang menjelaskan warna kuningnya itu sedang bernegosiasi dengan kreditornya untuk mencari cara lain untuk meningkatkan kecepatan. Sampai saat ini, kemajuan telah dilaporkan dalam diskusi ini
Pernyataan maskapai tersebut berbunyi: “Negosiasi dengan sebagian besar kreditor tetap produktif, mengalami kemajuan besar dan akan terus berlanjut di masa mendatang. Jika perjanjian gagal, maka akan mengakibatkan likuidasi saham yang ada dan semua proses akan dipertimbangkan. .” Selasa (12/11/2024).
Perusahaan mengatakan laba operasional yang disesuaikan pada kuartal ketiga akan turun 12% dari tahun sebelumnya. Pada hari yang sama, Wall Street Journal melaporkan bahwa perusahaan sedang bersiap untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan setelah pembicaraan merger dengan Frontier Airlines gagal.
Setelah kejadian tersebut, saham maskapai penerbangan yang memiliki 213 armada itu turun 39% menjadi US$1,80 ($28.000) pada perdagangan Selasa. Stoknya turun hampir 80% tahun ini.
Spirit sendiri kehilangan uang meskipun harus melakukan lebih banyak perjalanan. Maskapai ini, yang memiliki seluruh armada Airbus, gagal membukukan laba pada kuartal kelima dalam enam kuartal, sehingga menimbulkan keraguan mengenai kemampuannya mengelola utangnya yang menua.
Air mengatakan pada bulan Oktober bahwa pihaknya akan memberhentikan sementara sekitar 330 pilot pada 31 Januari sebagai bagian dari upaya pemotongan biaya dan konsolidasi fiskal.
Perusahaan juga menjual 23 pesawat Airbus tua seharga US$519 juta (Rs 8,1 juta). Penjualan tersebut diharapkan menghasilkan US$225 juta (Rs 3,5 juta) tahun depan.
Sementara itu, tren global di bidang penerbangan terus menunjukkan prospek negatif. Baru-baru ini, maskapai penerbangan India Jet Airways dinyatakan bangkrut oleh pengadilan India.
Di Eropa, Czech Airlines memutuskan untuk menghentikan operasinya setelah gagal meningkatkan kinerjanya pasca-Covid-19. Di Tiongkok, banyak maskapai penerbangan Barat yang membatalkan atau mengurangi jadwal penerbangan ke negara tersebut karena blokade wilayah udara Rusia, yang membuat penerbangan menjadi lebih lama dan kurang ekonomis.
.