Jakarta, ILLINI NEWS – Prabowo Subianto, Presiden terpilih Republik Indonesia 2024-2029, akan terus berupaya memanfaatkan sumber energi dalam negeri dan mengurangi jumlah impor bahan bakar minyak (BBM).
Salah satu caranya adalah dengan terus mengintensifkan penggunaan bahan bakar nabati berbasis kelapa sawit, atau khususnya biodiesel. Bahkan, pemerintahan di bawah Prabowo Subianto akan menggencarkan pencampuran biodiesel hingga 50% atau B50.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahdalia.
Indonesia saat ini menggunakan 35% biodiesel sebagai bahan bakar campuran (B35), kata Bahlil. Pada Januari 2025, pemerintah menargetkan peningkatan campuran biodiesel menjadi 40% (B40). Ke depan, blending biodiesel akan ditingkatkan lagi menjadi 50% (B50).
“Dari segi pengurangan impor, B35 dan B40 saat ini sudah hampir selesai, dan dalam beberapa kajian yang masih dikaji oleh tim, gagasan Pak Prabowo bisa menjadi B50,” jelas Bahlil saat acara Penganugerahan Penganugerahan Keamanan Migas Tahun 2024. Upacara Penghargaan di Luansa Hotel Jakarta pada Selasa (8/10/2024).
Bahkan, pemerintah juga tengah melaksanakan rencana peningkatan program biodiesel menjadi 40% (B40) yang rencananya akan dikomersialkan pada tahun 2025.
Bahlil mengatakan, rencana penerapan B50 dinilai mampu mengurangi jumlah impor bahan bakar dan mendorong program penggunaan energi hijau, terutama pada masa transisi energi.
“Kami akan mengurangi impor (bahan bakar) dan mendorong energi ramah lingkungan. Di sisi lain, kita tahu bahwa masyarakat hampir di seluruh dunia membicarakan energi ramah lingkungan, dan terjadi peralihan dari (energi fosil) dan batu bara ke EBT (energi baru). dan energi terbarukan). Ini adalah tantangan baru bagi kami.”
Tantangan lain yang dihadapi Indonesia adalah penerapan energi ramah lingkungan di dalam negeri memerlukan investasi yang besar, lanjut Bahlil. Hal ini penting untuk mencapai tujuan Indonesia menjadi netral karbon (net zero emisi/NZE) pada tahun 2060.
“Ini tantangan bagi kita, tapi bagi kita saat ini, kalau bicara NZE 2060, saya kira kita masih punya cukup waktu untuk mengambil langkah-langkah terukur,” ujarnya.
Sekadar informasi, Kementerian ESDM sendiri saat ini sedang melakukan persiapan penerapan wajib biodiesel 40% (B40) yang rencananya akan diterapkan mulai 1 Januari 2025. Hal ini atas permintaan Menteri ESDM. dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahdalia saat memberikan arahan pada Rapat Pimpinan ( Rabim) di Kementerian Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral, Selasa (20/8/2024).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Enya Listiani Dewi menjelaskan, selain menuntut RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EB-ET) segera diselesaikan. Bahlil juga meminta agar pengembangan bioenergi menjadi prioritas.
Program wajib biodiesel, yang saat ini hanya 35% (B35), bertujuan untuk meningkatkannya tidak hanya menjadi B50, tetapi bahkan menjadi B60, kata Enya.
“Bioenergi juga akan menjadi prioritas, dan saat ini kita sedang mempersiapkan B40 untuk mandatorinya. Nanti saya akan terbitkan mandatorinya. Insya Allah masalah ini akan selesai pada 1 Januari 2025,” kata Enya usai pertemuan di Kementerian ESDM. dan gedung Sumber Daya Mineral. , beberapa waktu lalu.
Menurut Enea, untuk menuju B40, setidaknya ada beberapa persiapan yang harus dilakukan industri, mulai dari persiapan pelabuhan, pelayaran, dan logistik.
“Industri harus bersiap, dan investasi juga membutuhkan modal. Makanya kita beri waktu persiapan sampai Desember,” ujarnya.
Seperti diketahui, setelah sukses melaksanakan program B30 yang merupakan campuran 30% asam lemak metil ester (FAME) dan 70% solar, pemerintah pun mencanangkan program B35 sejak 1 Februari 2023 dengan mengalokasikan dana sebesar 13,15 juta kilo. . liter (kiloliter) setiap tahunnya.
(wia) Tonton video di bawah ini: Video: Lift Minyak 10 Tahun Jokowi Terus Menurun, Apa Masalahnya? Artikel Berikutnya RI Masih Impor BBM, Apakah Target Swasembada Energi Ala Prabowo Bisa Tercapai?