Jakarta, ILLINI NEWS – Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat keberadaan pasar tradisional terancam karena kini banyak masyarakat yang bisa berbelanja online melalui aplikasi belanja online.
Sebelum hadirnya aplikasi e-commerce, pasar tradisional merupakan pusat perbelanjaan yang sangat diandalkan masyarakat Indonesia.
Setiap pasar mengkhususkan diri pada produk tertentu, seperti pasar ikan, pasar mobil, pasar buah, tekstil dan banyak lagi.
Di balik buruknya kondisi pasar tradisional Indonesia, ternyata beberapa di antaranya mempunyai sejarah transaksi keuangan dan sistem keuangan yang jarang diberitakan media.
Meski begitu, mungkin beberapa pasar tradisional di Indonesia masih menunjukkan eksistensinya karena produk yang dijual masih tergolong langka di e-commerce.
Syarat lain untuk kelangsungan hidup pasar tradisional adalah akses yang lebih mudah dibandingkan e-commerce, terutama di daerah pedesaan. Namun, beberapa pasar tradisional masih bertahan di kota-kota besar.
Lalu pasar tradisional manakah yang masih bertahan dari gempuran e-commerce? Ini daftarnya.
1. Pasar Tanah Abang, Jakarta
Pasar Tanah Abang merupakan pasar legendaris yang telah berdiri sejak tahun 1735 sebagai pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Saking terkenalnya, pasar ini dipenuhi wisatawan mancanegara asal Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand.
Tidak hanya wisatawan mancanegara, masyarakat lokal pun kerap mengunjungi pasar ini menjelang puasa Idul Fitri atau Haji Idul Fitri untuk membeli perlengkapan haji.
2. Pasar Tomohon
Pasar Tomohon bisa disebut sebagai pasar paling ekstrem di Indonesia.
Tidak hanya menjual berbagai macam kerajinan kayu, hasil perkebunan, ikan, rempah-rempah dan produksi gula aren.
Pasar ini juga menjual berbagai jenis makanan yang tidak biasa seperti daging tikus, kelelawar dan lainnya.
3. Pasar Terapung Muara Kuin Banjarmasin
Pasar Terapung Muara Kuin merupakan pasar terunik karena letaknya yang berada di sungai yang menghubungkan daerah lain. Pasar ini terletak di Sungai Barito, salah satu sungai terbesar di Kalimantan.
Para pedagang dan pembeli di tempat ini berbelanja menggunakan “jukung” yang berarti perahu dalam bahasa Banjar.
Di atas kapal mereka menawarkan sayuran dan hasil perkebunan mereka sendiri di sepanjang Sungai Barito.
Keunikannya, para pedagang di pasar ini mempunyai nama sendiri-sendiri.
Pedagang perahu perempuan yang menjual hasil produksinya sendiri disebut warga desa, sedangkan pedagang perahu bekas yang dibeli dari pemukiman disebut panyambangan.
Tidak hanya itu unik. Pasar terapung ini masih menggunakan sistem perdagangan barter antar pedagang.
4. Pasar Peunayong
Peunayong berasal dari bahasa Cina yang berarti payung. Nama ini sengaja dipilih karena pada abad ke-17 kawasan ini dihuni oleh etnis Tionghoa, Persia, dan India.
Sejak dulu, pasar ini menjadi pusat perdagangan para pedagang musiman yang datang ke pasar Peunayong menggunakan kapal pesiar pedalaman. Kini pasar ini menjadi pasar terbesar di Aceh dan menjual berbagai macam kebutuhan pokok.
5. Pasar Beringharjo
Pasar Beringharjo merupakan pasar terbesar yang berdiri sejak tahun 1925 di Jalan Malioboro, Yogyakarta.
Pasar ini merupakan destinasi wisata komersial dan kuliner yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Di tempat ini pengunjung bisa melihat berbagai macam oleh-oleh khas Yogyakarta seperti baju batik, kain batik, kuliner khas Jogja dan masih banyak lagi.
RISET ILLINI NEWS
[dilindungi email] (chd/chd)