JAKARTA, ILLINI NEWS – Profitabilitas bank-bank besar di Indonesia akan terus tumbuh positif hingga akhir November 2024. Berkat stabilitas dasar yang kuat.
Dari sisi laba bersih, PT Bank Central Asia TBCA mencatatkan nilai tertinggi yakni mencapai Rp 50,47 triliun dan mencatatkan pertumbuhan tertinggi hingga 14%. Dari segi nilai, pencapaian laba bersih disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia TBIK (BBRI) sebesar Rp 50 triliun, namun dari segi pertumbuhan, bank pita emas ini terbilang paling rendah dibandingkan tiga bank besar lainnya. Berikut detailnya:
PT Bank Central Asia TBC (BCA)
Kinerja laba bersih BBCA yang impresif ditopang oleh pendapatan bunga bersih (NII) pada 11 bulan pertama tahun 2024 yang tumbuh sebesar 9% year-on-year (y-o-y) menjadi Rp 70 triliun.
Pertumbuhan positif Bituwah Leumi ini dibarengi dengan net interest margin (NIM) yang terjaga sebesar 5,74%, meningkat 37 basis poin (bps) dibandingkan tahun lalu. Peningkatan NIM ini disebabkan oleh pergeseran bauran aset dari simpanan pada obligasi pemerintah dan pinjaman ke bank dengan imbal hasil tinggi seperti Bank Indonesia (BI).
NIM positif yang berkelanjutan ini dibarengi dengan perbaikan biaya kredit (CoC) yang turun 8 basis poin (bps) y-o-y menjadi 0,23% pada 11M-2024. Hal ini menunjukkan BBCA masih menjaga kualitas aset yang baik.
Selain itu, rasio CASA juga telah mencapai level tertinggi sejak tahun 2024. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan biaya keuangan.
Penyaluran pinjaman BBCA tumbuh sebesar 15%. Sementara itu, rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang meningkat menjadi 79% masih berada pada level yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memiliki likuiditas yang tinggi untuk menyediakan modal guna memperluas penyaluran kreditnya ke depan.
Bank Mandiri menunjukkan pertumbuhan laba positif sebesar 4,7% menjadi Rp 47,2 triliun pada 11 bulan pertama tahun 2024. Pertumbuhan laba dipimpin oleh Bituah Leumi yang naik 5,2% y-oy menjadi Rp 68,6 triliun, dan pendapatan non-bunga naik 2% y-oy.
Kinerja PPOP pada 11M24 ini relatif baik dengan pertumbuhan 6,1% y-o-y menjadi Rp 64,9 triliun.
BMRI juga mencatat spread kredit yang luas, menunjukkan tingkat pertumbuhan tertinggi dibandingkan bank besar lainnya sebesar 22,7 persen year-on-year. Pencapaian ini berada di atas pedoman manajemen sebesar 16%-18%.
Namun perlu dicatat bahwa perluasan spread pinjaman ini memperkuat rasio likuiditas dan meningkatkan LDR menjadi 93,9%. Ini merupakan salah satu yang tertinggi di antara bank-bank besar lainnya.
Namun BMRI masih mampu mempertahankan CoC sebesar 0,7%, berada di bawah pedoman manajemen sebesar 1%, yang menunjukkan bahwa kualitas aset bank masih terjaga. Perlu diketahui, pada September lalu, Bank Mandiri mencatatkan risiko kredit terendah sepanjang sejarahnya, tercermin dari non-performing loan (NPL) yang berada di kisaran 1%. PT Bank Rakyat Indonesia Tibic (BBRI)
Berikutnya, BBRI mencatatkan laba bersih tertinggi kedua bersama bank-bank besar lainnya, mencapai Rp 50 triliun, tumbuh hanya 3,98% year-on-year.
Dari sudut pandang operasional, pendapatan bunga bersih hanya tumbuh sebesar 1,3% dibandingkan tahun lalu. meskipun. BBRI berhasil membukukan laba operasional yang sehat sebelum 11M24 (PPOP) yang mencapai 13% YoY. Hal ini terutama ditopang oleh pendapatan non-bunga yang melonjak 34% year-on-year, ditopang oleh pendapatan dividen yang meningkat 26 kali lipat.
Sementara itu, credit spread BBRI masih dalam tren menurun, hanya tumbuh 5% year-on-year hingga November 2024. Kinerja tersebut masih di bawah pedoman manajemen pada kisaran 10-12%.
Saat ini Bank BRI terlihat lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit karena kualitas aset yang memburuk. Hal ini tercermin dari CoC Bank BBRI saja yang terus meningkat menjadi 3,85%, naik 49bps y-o-y dan lebih buruk dari pedoman manajemen sebesar 3,85%.
Melemahnya CoC terlihat dari biaya pasokan yang meningkat 21% YoY menjadi Rp 3,9 triliun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Terakhir, ada kinerja BBNI yang mencatatkan laba tertinggi Rp 19,8 triliun pada 11 bulan pertama tahun 2024, tumbuh 4 persen year-on-year. Pencapaian laba ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan non-bunga sebesar 14,7% menjadi Rp 19,2 triliun, sedangkan pendapatan bunga meningkat sebesar 3,9% year-on-year.
Di sisi lain, beban usaha naik 7,9% y-o-y menjadi Rp 24,5 triliun karena kenaikan biaya tenaga kerja yang mencapai Rp 1,5 triliun pada November 2024 sebesar 56% y-oy. Beban operasional meningkat PPOP sebesar 2,4% y-oy di 11M24 menjadi Rp 30,3 triliun.
Namun BBNI masih mempertahankan CoC sebesar 1,1%, sedikit lebih rendah dibandingkan bulan Oktober yang sebesar 4bps dan masih sejalan dengan pedoman regional.
Survei ILLINI NEWS
(tsn/tsn)