Jakarta, ILLINI NEWS -Jumlah pihak pihak ketiga individu (DPK) terus mengalami kontraksi. Ini dapat berdampak besar pada kemampuan bank untuk mendapatkan dana murah dari masyarakat. Kontraksi DPK individu juga menunjukkan penarikan dana dari kotamadya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Data uang yang diedarkan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa DPK naik pada Januari 2025 sebesar 8.599,4 triliun U /P atau 5,3% (tahun /yoy). Perusahaan terdaftar tumbuh sebesar 14,2% (YOY) dibandingkan dengan bulan sebelumnya 10,7%.
Sebaliknya, DPK individu pada Januari 2025 dicatat pada bulan Desember 2025, kontrak VER 2,6% yang lebih dalam hingga 2,1%. Kontrak pada bulan Januari memperluas catatan negatif tentang DPK individu menjadi tiga bulan.
Sementara itu, diklaim bahwa distribusi pinjaman pada Januari 2025 tetap kuat di 7,684,3 triliun u /p atau 9,6% (YoY).
Bi, “Ini relatif ditentukan dibandingkan dengan pertumbuhan 9,7% (YOY) bulan sebelumnya.” Katanya.
DPK Kontraksi Individu: Berita Buruk untuk Ekonomi Indonesia?
DPK pada dasarnya adalah dana yang disimpan oleh masyarakat atau uang yang disimpan oleh masyarakat dengan cara yang berbeda (mis. Penghematan, akun kinerja atau sol insol). Bank mengumpulkan dana ini dari pelanggan dan menggunakannya untuk memberikan pinjaman atau pinjaman kepada individu atau perusahaan.
Jika bank -DPK dapat tumbuh dengan baik, bank memiliki opsi pinjaman (mis.
Oleh karena itu, DPK sangat penting bagi bank karena merupakan sumber dana utama yang memungkinkan pelaksanaan dan dukungan pertumbuhan ekonomi bagi perusahaan.
Salah satu kekhawatiran tentang data DPK adalah DPK individu, yang, menurut ILLINI NEWSn Research, mengikuti selama tiga bulan pada Januari 2025, yaitu sejak November dan Desember 2024.
Kontraksi DPK individu dicatat setiap tahun pada bulan November dan Desember 2024 dengan 2% dan 2,1%. Namun, pada Januari 2025, 2,6% mengikuti kontraksi.
Seluruh DPK tunggal mengalami kemunduran 4.073,4 triliun rp (Desember 2024) 4,044 triliun u /p (Januari 2025).
Berdasarkan spesies, kontraksi terjadi dalam selingan permintaan dan setoran waktu atau tempat tidur.
Setoran individu, pada Januari 20255 6,8% (YOY), Desember 2024 Koreksi 5,3% lebih rendah.
Dalam setoran permintaan individu, jumlah tersebut menandatangani kontrak 50,7% atau 50,1% dibandingkan dengan Desember 2024 pada Januari 2025. Sementara itu, 4,8% dari penghematan individu mandek. Tabungan adalah setoran uang yang dapat dibeli kapan saja. Di sisi lain, deposit adalah salah satu produk investasi yang hanya dapat dibeli setelah periode waktu tertentu.
Untuk informasi, DPK individu adalah dana yang dikumpulkan oleh bank individu (individu) dalam bentuk berbagai jenis deposito. DPK ini adalah sumber utama likuiditas bank dan digunakan untuk mendukung distribusi kredit dan berbagai layanan keuangan lainnya.
DPK individu mencerminkan perilaku keuangan orang -orang umum seperti tabungan, investasi dan kebiasaan konsumsi.
Dengan penurunan DPK individu, efek dari berbagai perspektif dapat dirasakan di sektor perbankan dan di seluruh perekonomian. Berikut adalah beberapa pengaruh utama:
1. Efek likuiditas bank pada bisnis perbankan
DPK adalah sumber utama dana murah bagi bank untuk menyalurkan pinjaman. Jika DPK individu berkurang, ia memiliki lebih sedikit cara untuk memperpanjang bank.
DPK adalah dana murah yang dibutuhkan oleh bank. Ketika DPK menyusut, penawaran dana murah lebih terbatas. Bank juga bisa lebih sulit dan bersaing untuk bunga murah di komunitas dengan menawarkan lebih banyak suku bunga tabungan.
Tingkatkan bunga pinjaman
Bank dapat meningkatkan bunga pinjaman untuk melindungi likuiditas atau membatasi deposito baru atau membatasi pinjaman. Ini dapat meningkatkan biaya kredit untuk pelanggan. Pengurangan Distribusi Kredit
Dengan dana terbatas, bank menjadi lebih selektif dalam memberikan pinjaman yang dapat memperlambat pertumbuhan bisnis dan investasi. Potensi risiko kredit yang buruk
Jika distribusi pinjaman menurun dan melemahkan ekonomi, pelanggan yang mengandalkan pinjaman mungkin mengalami kesulitan memenuhi kewajiban keuangan mereka, yang dapat meningkatkan risiko pinjaman yang buruk (NPL – bukan pinjaman kinerja).
2. Efek pada industri pertumbuhan ekonomi
Pinjaman bank adalah salah satu sepeda motor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Jika akses ke pinjaman berkurang, berbagai sektor ekonomi seperti manufaktur, properti dan perdagangan dapat dipengaruhi secara negatif.
Jika penurunan DPK individu terjadi untuk waktu yang lama, investasi dicegah. Memperlambat DPK menyulitkan bank untuk membeli dana murah untuk modal kredit. Akibatnya, suku bunga sulit dikurangi karena sistem dapat turun.
3.
Jika penerimaan DPK terjadi secara signifikan (operator bank), ada kemungkinan penurunan sistem keuangan, karena bank mungkin mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan likuiditas. Perubahan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mungkin harus campur tangan, mis. B. Pengurangan bunga perbandingan atau penyediaan insentif bagi orang untuk kembali ke bank.
Penelitian ILLINI NEWS -Indonesia
[E -Post dilindungi] (rev/rev)