illini berita Banyak Ketidakpastian – Minim Katalis, IHSG Masih Bergerak Loyo!

Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks Saham Gabungan (IHSG) masih bergerak lambat di pekan sibuk ini karena pelaku pasar menantikan data yang akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai prospek penurunan suku bunga.

Pantauan ILLINI NEWS, hingga pukul 13.55 WIB Selasa (7/1/2025), IHSG yang sempat terjerumus ke zona merah pada sesi tersebut mulai menguat kembali meski masih hanya 0,03%.

IHSG mencapai titik terendah sepanjang masa di 7.029,51 pada sesi pertama. Jika IHSG kembali memerah, maka akan terjadi penurunan dua hari berturut-turut setelah terkoreksi signifikan sebesar 1,17% pada hari Senin.

Secara teknikal posisi IHSG terus menguat dengan posisi support kuat di 7030. Jika ditembus dalam situasi bearish, IHSG bisa mencapai 6721.91 Sedangkan jika tembus, ada kemungkinan akan melanjutkan sideways dengan target resistance atau konsolidasi lagi di 7470.

Sementara jika melihat arus dari negara lain masih tinggi, hal ini menjadi salah satu penyebab pergerakan IHSG mengalami penurunan sejak kemarin.

Asing memasuki pasar umum pada hari Senin, mencapai 923,39 miliar dram. Penjualan dari pasar umum luar negeri mencapai 623,31 miliar dram, dan 300,08 miliar dram dari pasar mata uang.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), bank terbesar di Indonesia, tetap menjadi bank terkemuka di dunia dengan Rp 130,09 miliar, diikuti oleh anak perusahaan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), yang menghasilkan -Rp 116,97 miliar, diikuti oleh dua lainnya bank-bank besar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), mereka dijual kepada imigran satu demi satu. Rp93,94 miliar dan Rp88,94 miliar.

Pihak asing masih menjual saham-saham Indonesia yang tampaknya merupakan respons yang dapat diprediksi terhadap banyak data yang dirilis minggu ini, terutama mengenai pasar energi AS, termasuk tingkat pengangguran dan non-farm payrolls, dan notulensi rapat The Fed yang tertunda akan memberikan petunjuk mengenai kebijakan moneter The Fed. pengambilan kebijakan, mengingat grafik titik terakhir pada pertengahan Desember sebelumnya menunjukkan hanya akan terjadi dua pengurangan pada tahun 2025.

Perkiraan ini lebih pesimistis dibandingkan perkiraan sebelumnya yang menyebutkan prospek pemotongan bisa mencapai 100 barel per hari atau empat kali lipat.

“Pasar sedang menunggu data penting minggu ini, termasuk data pasar tenaga kerja dan risalah pertemuan Fed. Ketua Fed Lisa Cook terdengar berhati-hati terhadap penurunan suku bunga,” tulis Eastspring Investment pada Selasa (7/1/2025).

Di sisi lain, imbal hasil US Treasury atau rata-rata obligasi 10 tahun terus meningkat ILLINI NEWS memantau imbal hasil terus naik di atas 4,60%.

Benchmark imbal hasil obligasi AS yang terus naik berisiko bagi aset-aset berisiko seperti saham, mengingat aset-aset tersebut dinilai lebih konservatif sehingga akan semakin banyak minat pasar yang beralih ke sana.

Ketidakpastian juga terus berlanjut terkait pelantikan Presiden AS baru terpilih Donald Trump pada 20 Januari mendatang. Dengan momentum tersebut, pasar menilai akan lebih banyak kebijakan terkait tarif yang akan dimulai dan berpotensi menimbulkan ketakutan akan terjadinya perang dagang 2.0. .

Saat ini, hanya ada sedikit katalis dari dalam negeri. Pasar nampaknya lebih banyak terlibat dalam aksi korporasi seperti IPO perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam konglomerat atau mid-caps – saham-saham kecil dibandingkan dengan saham-saham berkapitalisasi besar.

Dari sisi makro, terdapat update terkini hasil konferensi pers APBN kita kemarin yang menyebutkan bahwa hasil prakiraan utama tahun lalu jauh dari ekspektasi.

Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati menyampaikan beberapa hal pada konferensi pers APBN kami di Gedung Juanda Kementerian Keuangan pada Senin (6/1/2025), termasuk proyeksi utama dan penutup APBN 2024.

Tercatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (SRSB) 2024 mengalami defisit sebesar 2,29% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara itu, seluruh proyeksi utama makroekonomi dalam APBN 2024 tidak mencapai target.

Pertama, inflasi diperkirakan sebesar 2,8% tahun ke tahun, namun pada akhir tahun, CPI hanya meningkat sebesar 1,57% tahun ke tahun.

Kedua, nilai tukar rupiah yang seharusnya Rp 15.000/USD, namun yang terjadi hingga akhir tahun lalu nilai tukar rupiah masih berada di atas Rp 16.000/USD.

Terakhir, perkiraan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 5,2% year-on-year sepertinya akan meleset dari target, namun Sri Mulyani mengatakan perkiraan tersebut akan mencapai sekitar 5%.

“Pada triwulan I pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11%, triwulan kedua 5,05%, triwulan ketiga 4,95%, triwulan keempat belum, kami perkirakan sepanjang tahun sekitar 5. persentase. kata Sri Mulyani dalam jumpa pers, Senin (6/1/2025).

Penafian Riset ILLINI NEWS: Artikel ini merupakan hasil opini para jurnalis Riset ILLINI NEWS Analisa ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembaca membeli, menahan, atau menjual produk yang berkaitan dengan investor. Keputusan sepenuhnya ada di tangan mahasiswa, jadi kami tidak bertanggung jawab atas segala hal kerugian atau keuntungan dari keputusan ini.

  (tsn/tsn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *