Jakarta, ILLINI NEWS – Perekonomian tumbuh melalui internet dan digitalisasi. Belanja online dan jasa keuangan menggunakan internet merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Bagi sebagian orang, menggunakan Internet untuk bisnis adalah sebuah pilihan, namun bagi sebagian lainnya merupakan suatu keharusan agar tidak membuang-buang waktu.
Bagaimana Internet telah mengubah kehidupan masyarakat dan perekonomian jelas telah mengambil alih kehidupan masyarakat Kupang di wilayah perbatasan, terpencil, dan tertinggal (3T) Nusa Tenggara Timur (NTT).
Yessi Radja adalah bagian dari perubahan itu. Yesri merupakan generasi kedua penjual tenun ikat Pak Radja bersama Kali Namalae, Rote. Sang ibu merintis usaha di lokasi tersebut bersama puluhan warga Pulau Ndao. Seperti halnya masyarakat Ndao, Yesri sudah mengenal dunia tenun sejak kecil.
Bagi perempuan Ndao, menenun merupakan simbol sempurna bahkan syarat dalam sebuah pernikahan. Keterampilan menenun diturunkan dari ibu ke anak perempuannya.
Anak perempuan belajar seni menenun sejak usia lima tahun dengan pekerjaan kecil, mulai mengganti benang untuk menenun sendiri.
Dahulu tenun dilakukan dengan ijuk. Kebutuhan zaman telah mengubah bahan penenun dan cara penjualannya.
Dahulu berjualan pakaian juga sangat tradisional, menjualnya di pasar, toko atau tempat khusus seperti hotel.
Kemajuan teknologi kemudian memungkinkan pemasaran tekstil lintas wilayah, negara, bahkan benua. Jika dulu ibunya berjualan fashion, kini Yesri berjualan pakaian melalui media sosial mulai dari Facebook, Instagram, dan Tik Tok. Selimut asli Rote merupakan produk yang paling banyak tersedia di toko.
“Saya mulai berjualan online sejak tahun 2015. Dalam satu hari pesanannya lebih dari 20 buah. Jualan online bisa terjual 15 buah,” kata Yesri kepada ILLINI NEWS, awal September 2024.
Yesri mengatakan, ia belajar sendiri keterampilan pemasaran online saat masih kuliah. Kemampuan inilah yang menyelamatkan bisnis keluarganya saat badai epidemi melanda pada tahun 2020. Dengan berjualan online, ia juga bisa menerima pesanan dari luar kota tanpa batasan mobilitas.
“Ibuku sudah tua dan tidak bisa berjualan online. Aku suka berjualan online. Aku suka live,” ujarnya.
Posisi tersebut berbanding terbalik dengan Yuli yang juga berjualan ke Seblak Kali. Tidak bisa berjualan online karena batasan umur. “Kadang saya jual 2-3 potong, kadang tidak ada. Kalau pakai ponsel susah,” kata Yuli.
Pemasaran melalui Facebook (FB) juga menjadi pilihan Ady Kapasiang dalam berjualan sepeda motor. Pegawai diler CV Sekawan Motor, Kupang ini bisa menjual 4-5 unit sepeda motor melalui Facebook. Di ILLINI NEWS, Ady dengan bangga memamerkan 5.000 teman Facebooknya dan banyak pesan berisi pertanyaan seputar sepeda motor. Setiap postingan tentang sepeda baru di Facebook langsung mendapat banyak komentar.
“Banyak yang tanya soal sepeda motor lewat pesan. Biasanya menanyakan model atau varian baru. Banyak yang bertanya,” kata Addy.
Kecepatan masyarakat daerah 3T di NTT dan Kota Kupang untuk berbelanja online dapat dilihat melalui Kompas.co.id dimana e-commerce yang paling sering digunakan untuk berbelanja adalah Shopee, Tokopedia dan Blibli. Kemajuan pengadaan produk untuk beberapa daerah, termasuk Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Head of e-commerce communications Tokopedia dan ShopTokopedia Aditya Grasio Nelwan mengatakan, beberapa produk menunjukkan peningkatan jumlah transaksi pada paruh pertama tahun 2024. Di antaranya pakaian luar muslim wanita, merchandise (misalnya: piring-foto musik, kartu foto , kartu pos). dan mesin seperti mesin cuci, keranjang samping).
Peningkatan jumlah transaksi lebih dari 3,5 kali lipat pada paruh pertama tahun 2024 dibandingkan paruh kedua tahun 2023, ujarnya kepada ILLINI NEWS.
Di Rote Ndao, beberapa produk mengalami peningkatan jumlah transaksi, antara lain elektronik kantor, perlengkapan bayi, dan helm sepeda motor, dengan total jumlah transaksi meningkat tujuh kali lipat pada paruh pertama tahun 2024 dibandingkan paruh kedua tahun 2023.
Pemasaran ikan juga menggunakan media sosial Pemasaran melalui media sosial tidak terbatas pada produk tahan lama tetapi juga produk baru. Mince Thine adalah salah satu dari banyak pedagang di Pelabuhan Rote yang menggunakan kekuatan media sosial untuk berjualan.
Cara memilih untuk menggunakan kesempatan berjualan di Facebook karena persaingan di pasar sangat tinggi dan terdapat kebutuhan ikan yang belum terpenuhi di banyak daerah. “Biasanya dapat seember ikan (suplai). Kalau jualan di Facebook, ada yang minat. Sehari bisa Rp 500.000 kalau jual Rp 300.000,” kata Mince kepada ILLINI NEWS.
Mincer biasanya membuat postingan di Facebook yang berisi ikan spesial hari itu beserta harganya. Pembeli akan mengirim pesan instan dengan penjualan.
Jika Mince menggunakan Facebook, Reny Nuskanan menggunakan Tik Tok sebagai alat pemasarannya. Ibu tiga anak ini berjualan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Oeba Kota Kupang sejak tahun 2001.
Awalnya ia menggunakan Facebook sebagai media pemasaran, namun beralih ke TikTok karena dampaknya yang sangat besar. “Cuma beta live tiap hari, di FB (Facebook) tapi kurang laku. KL FB harus punya teman dulu baru nonton live. Dengan TikTok, semua orang bisa. Semua orang membuat TikTok dari seluruh dunia. kata Rennie kepada ILLINI NEWS.
Keinginan Reny untuk go live di media sosial bukan hanya sekedar dorongan untuk meningkatkan penjualan namun juga merupakan niat yang mulia.
“Awal hidup karena pasar sepi. Penjual ikan keliling yang beli di TPU bilang ke masyarakat kalau ikannya tidak ada, jadi ikannya mahal. Padahal ada ikan dan harganya murah. Jelas mereka curang. .Ikan besarnya dijual Rp 50 ribu, padahal di sini Rp 100.000,” kata Reny.
Reny terdorong untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keadaan sebenarnya. “Saya masih hidup. Saya kasih gambaran, ikan di sini banyak. Berapa harganya. Supaya masyarakat tahu di TPU banyak ikannya. Pasarnya berfungsi lagi,” imbuhnya.
Menurut Renny, ia bisa mendapat untung Rp 1 juta per hari dari berjualan ikan dengan modal Rp 10 juta. Berkat kerja kerasnya, Rennie mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga SMA. “Tapi yang penting TPUnya berfungsi. Saya senang,” ujarnya.
Berkat live streaming di Tiktok, Reny bisa menerima pesanan dari banyak daerah, termasuk luar negeri. Pasalnya, banyak penonton live TikTok yang berasal dari luar negeri, termasuk Amerika. Kemudian mereka memesan ikan untuk kerabatnya di Indonesia.
Reny bersyukur karena jaringan internet di TPU Oebo kencang sehingga tidak ada kendala saat berjualan ikan hidup.
Catatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu fokus Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
Hingga saat ini, BAKTI telah membangun 434 base transceiver tower (BTS) di NTT. Sebagian besar BTS dibangun di Sumba Timur.
Untuk mendukung pembangunan tersebut, BAKTI telah menyiapkan akses Internet di 2.142 tempat di NTT, termasuk area publik.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2019 juga meresmikan jalan lingkar Palapa Timur yang dibangun di Desa Kolla, Desa Nggodimeda, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, NTT. Palapa Timur terdiri dari empat wilayah yaitu wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Papua Barat, serta memiliki 35 kabupaten/kota.
Infrastruktur komunikasi dari BTS, akses Internet di Palapa Ring menjadi salah satu penggerak bisnis di NTT.
Internet & Perbankan: Menciptakan Ekuitas Bisnis Infrastruktur komunikasi tidak hanya meningkatkan bisnis e-commerce tetapi juga perbankan. Internet memungkinkan perbankan dilakukan lebih cepat, lebih murah dan lebih efisien serta menjangkau wilayah yang lebih luas.
Kecanggihan jaringan layanan online dan sistem perbankan juga memungkinkan masyarakat umum untuk berpartisipasi langsung dalam perbankan. Ini termasuk perwakilan bank. Mereka juga berada di garis depan dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.
Asri Baitanu merupakan salah satu warga NTT yang memanfaatkan perkembangan internet untuk perbankan. Beliau merupakan perwakilan BRILink sejak tahun 2019 untuk wilayah lokal di distrik Amfoang Selatan. Telah banyak membantu masyarakat setempat dalam melakukan transaksi perbankan, mulai dari transfer, pembayaran tagihan listrik, hingga tarik tunai.
“Banyak yang terima transfer dari anaknya yang kerja di Jakarta dan Kalimantan. Banyak yang mau menghidupi anak-anak yang bersekolah. Tiap hari ada 10 orang. Alhamdulillah internet sudah ada sekarang dan tidak ada masalah,” ujarnya.
Namun kemajuan teknologi, termasuk Internet, telah memicu kejahatan lainnya. Diantaranya adalah penipuan dan penggelapan. Kemudian banyak perwakilan bank turun tangan untuk membantu mengajarkan masyarakat literasi keuangan.
“Biasanya mereka mendapat SMS berisi hadiah. Nanti minta transfer Rp 500.000 baru minta lagi. Biasanya saya lihat nomornya dulu atau baca SMSnya. Kalau aneh saya suruh mereka cek lagi. Ini ngobrol kalau sama orang yang tidak dikenal, itu beda,” kata Wira Saputra, perwakilan BRLink dari Kabupaten Kupang. Angka Otoritas Jasa Perekonomian (OJK) menunjukkan literasi keuangan di pedesaan masih rendah 59,25%, sedangkan di perkotaan luas mencapai 69,71%.
Situasi ini menjadi tantangan besar dalam penggunaan internet untuk transaksi perbankan.
“Ada yang ditipu Rp 10 juta dan lolos. Sedih. Kalau ada yang minta bantuan untuk ditransfer ke orang lain dan isinya mencurigakan, biasanya saya diam dulu dan nanti ngobrol pelan-pelan dan saya biarkan.” lho,” kata Munhir Umar, salah satu perwakilan bank tersebut di Amfoang Timur, NTT.
Jaringan internet terbukti mampu memberikan banyak peluang bisnis dan menggerakkan perekonomian khususnya di bidang 3T. Di sisi lain, Internet juga bisa mendatangkan permasalahan baru jika masyarakat masih berusia muda. Untuk itu, perkembangan jaringan komunikasi dan internet juga harus mengimbangi literasi manusia.
Investigasi ILLINI NEWS[email protected] (mae/mae) Simak video di bawah ini: Prabowo: Runtuh total, tak bisa ditawar!