Jakarta, ILLINI NEWS- Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sedikit melambat pada kuartal III-2024 seiring dengan melemahnya daya beli dan belanja masyarakat serta tidak adanya hari raya keagamaan.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2024 pada Selasa (11/05/2024). Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024 merupakan data terbaru produk domestik bruto (PDB) era Presiden Joko Widodo. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III ini merupakan warisan terakhir Jokowi yang menjadi tumpuan perekonomian Presiden Prabowo Subianto.
Konsensus pasar yang dihimpun ILLINI NEWS dari 15 lembaga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 5,03% (y/y) dan 1,58% (quarter-on-quarter/quarter) pada kuartal III, atau Juli-September 2024.
Sebagai catatan, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% (yoy) dan 3,79% (qtq) pada Q2 2024. Sementara itu, perekonomian Indonesia tumbuh 4,94% (yoy) dan 1,60% (qtq) pada Q3 tahun 2023.
Hasil survei tersebut lebih pesimistis dibandingkan proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tumbuh hingga 5,06% pada kuartal III-2024.
Secara historis, pertumbuhan pada kuartal ketiga cenderung lebih rendah dibandingkan kuartal kedua karena masyarakat mulai menahan pengeluaran. Apalagi, tidak ada hari raya keagamaan atau acara besar antara bulan Juli hingga September 2024. Dua hari raya Idul Fitri, yakni Idul Fitri dan Idul Adha, akan dilaksanakan antara bulan April hingga Juni tahun ini. Sedangkan pemilihan umum akan dilaksanakan pada kuartal pertama tahun 2024.
Memperlambat konsumsi?
Kekhawatiran melemahnya daya beli menghambat kinerja perekonomian pada kuartal III tahun ini. Pada triwulan III tahun 2024, Indeks Harga Konsumen (IHK) turun atau terus mengalami deflasi secara persisten (month-on-month/mtm). Fenomena tersebut belum terlihat sejak pandemi Covid-19 tahun 2020. Tak hanya itu, PMI Manufaktur juga mengalami penurunan pada kuartal III tahun 2024.
Perlambatan belanja ini tercermin dari sejumlah indikator, mulai dari deflasi, melemahnya kepercayaan konsumen, hingga penjualan mobil.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia Juli-Oktober 2024 terus mengalami penurunan yang mengindikasikan adanya penurunan atau penurunan aktivitas karena kondisi daya beli masyarakat yang mempengaruhi permintaan.
“Kami melihat dari dalam negeri ada pelemahan konsumen,” ujarnya kepada media di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jumat (11 Januari 2024).
Data Bank Indonesia juga menunjukkan indeks kepercayaan konsumen terus turun dari sekitar 125 pada awal tahun menjadi hanya 123 pada September 2024. Pelemahan indeks tersebut terutama disebabkan oleh pesimisme masyarakat terhadap kondisi kerja. Indeks ketersediaan lapangan kerja turun menjadi 131,1 pada September 2024, rekor terendah sepanjang tahun ini.
Data dari S&P Global juga menunjukkan kepercayaan bisnis kini berada pada titik terendah dalam empat bulan dan di bawah level historis
Lambatnya bisnis memaksa perusahaan mengurangi jumlah pekerja di pabriknya. Pengurangan jumlah karyawan ini merupakan yang ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir.
Data melemahnya konsumsi khususnya kelas menengah juga terlihat pada lemahnya penjualan mobil. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo) menunjukkan penjualan mobil pada kuartal III 2024 hanya mencapai 223.200 unit, atau turun 10,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, penjualan sepeda motor meningkat 11% menjadi 1,7 juta pada kuartal III 2024. Perbedaan data ini mungkin mencerminkan penurunan kelas masyarakat Indonesia.
Sebagai catatan, konsumsi memberikan kontribusi sekitar 53-56% terhadap total produk domestik bruto (PDB), sehingga tingkat konsumsi akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sesuai dengan konsumsi juga mengurangi tingkat investasi. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi investasi pada triwulan III 2024 mencapai Rp 431,48 triliun, meningkat 15,24% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan yang dicapai ini jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III-2023 (21,6%) atau triwulan III-2022 (42,1%).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan investasi bangunan kemungkinan akan mengalami perlambatan, terlihat dari penjualan semen pada triwulan III 2024 yang mencatat pertumbuhan sebesar 1,1% (yoy), jauh di bawah triwulan III 2023. yang mencapai 6. 0,8%
Pendorong pertumbuhan lainnya adalah ekspor, yang menunjukkan hasil yang lebih baik. Nilai ekspor Indonesia periode Juli hingga September 2024 meningkat 6,5% menjadi USD 67,8 miliar. Peningkatan ekspor terutama ditopang oleh perbaikan harga minyak sawit mentah (CPO) yang naik 3% (yoy) menjadi MYR3,946/ton.
Impor juga meningkat sebesar 9,7% pada triwulan III tahun 2024 menjadi USD 61,3 miliar.
RISET ILLINI NEWS [email protected] (mae/mae) Simak video di bawah ini: Prabowo: Hilirisasi Absolut, Tak Ada Negosiasi!