JAKARTA, ILLINI NEWS – Posisi emas sebagai aset terbesar dunia terancam dengan kehadiran Bitcoin. Hal tersebut diungkapkan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell, Kamis (12/5/2024) dini hari.
Dilansir dari cryptobriefing.com, Powell berbicara di New York Times DealBook Summit dan membahas bitcoin sebagai saingan emas, bukan dolar AS.
“Orang-orang menggunakan bitcoin sebagai aset spekulatif. Itu seperti emas, seperti emas, hanya saja itu virtual, digital,” kata Powell. “Masyarakat tidak menggunakannya sebagai alat pembayaran atau sebagai penyimpan nilai. Ini sangat fluktuatif. Ini bukan saingan terhadap dolar; namun sebenarnya saingan emas.”
Membahas kripto secara lebih luas, Powell menekankan bahwa peran Federal Reserve adalah melihat bagaimana aset digital berinteraksi dengan sistem perbankan, namun mengklarifikasi bahwa bank sentral tidak mengatur aset kripto.
Ketika ditanya apakah dia memiliki aset kripto, Powell menjawab bahwa posisinya tidak mengizinkan dia untuk memiliki aset tersebut.
Sebagai informasi, dikutip dari companymarketcap.com, aset dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia masih ditempati oleh emas sebesar 17,959 triliun dolar. Sementara itu, Bitcoin menempati peringkat ketujuh dengan kapitalisasi pasar $1,954 triliun (1 BTC = $98,743).
Pernyataan Powell tentu saja menandai perubahan besar dalam cara pandang Bitcoin sebagai kelas aset. Pernyataan tersebut memicu perdebatan pasar yang lebih luas tentang apa artinya bagi rencana cadangan bitcoin strategis Presiden terpilih Donald Trump.
Selama dekade terakhir, peran Bitcoin telah berkembang secara eksponensial. Meskipun koin dimulai sebagai aset untuk memfasilitasi pembayaran peer-to-peer, BTC terus berkembang sebagai lindung nilai yang sah terhadap inflasi. Perbandingan antara BTC dan emas berfokus pada hal ini, mengingat bahwa emas telah menjadi penyimpan nilai yang tepercaya selama berabad-abad.
Narasi besar lainnya yang didorong oleh para pendukung Bitcoin dibandingkan dengan emas adalah tingkat pertumbuhan. Kedua aset tersebut telah mencapai beberapa rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) tahun ini, sementara BTC telah mengungguli emas dalam perolehan year-to-date (YTD).
Sekadar informasi, YTD per 4 Desember 2024, harga emas mengalami kenaikan sebesar 28,47% yakni dari $2.062 per troy ounce menjadi $2.649 per troy ounce. Sementara itu, Bitcoin naik 130,27% dari $42,505 menjadi $97,876.
Selain itu, rasio BTC terhadap emas terus meningkat hingga mencapai hampir 37 pada 4 Desember 2024 atau tepatnya 36,94. Situasi ini mendekati tahun 2021 atau satu tahun setelah pandemi Covid-19.
Partisipasi institusi besar semakin mendongkrak harga bitcoin, terutama setelah Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa bitcoin spot (Spot Bitcoin ETF) pada Januari 2024.
ETF bitcoin spot adalah sarana investasi yang mewakili nilai bitcoin itu sendiri dan diperdagangkan di pasar saham tradisional. Hal ini serupa dengan reksa dana, dimana investor mempercayakan dananya kepada pihak yang mengelolanya.
Ini adalah cara bagi investor untuk mengetahui nilai aset dasar tanpa memilikinya secara langsung. Oleh karena itu, ketika harga aset dasar naik (dalam hal ini Bitcoin) ETF akan naik dan sebaliknya jika harga turun maka akan turun.
Dikutip Farside Investors, per 3 Desember 2024, ETF spot bitcoin memperoleh arus masuk sebesar USD 31,64 miliar atau sekitar Rp 502,9 triliun.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email] (rev)