illini news Buat yang Pegang Dolar, Ini Ramalan Baru Rupiah dari Lembaga Amerika

Jakarta, ILLINI NEWS – Nilai tukar rupiah akan terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS dan suku bunga AS menjadi salah satu penyebab melemahnya rupiah.

Menurut Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp15.925 per US$ 1. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah sudah melemah 3,3%.

Lembaga riset BMI yang merupakan bagian dari Fitch Solutions Company asal Amerika Serikat (AS), di Indonesia: Downward Risk Dominate Rupiah menjelaskan, rupiah sedang menghadapi tren pelemahan pasca kemenangan Trump pada pemilu Amerika Serikat.

“Kami memperkirakan rupiah akan bertahan di level 15.500/US$ hingga akhir tahun ini,” tulis BMI dalam laporannya.

Dalam pandangan BMI, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menurunkan suku bunga lebih cepat dibandingkan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed).

Sebagai informasi, BI telah menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 6,00% pada September 2024.

Risiko terbesar dalam perspektif ini berasal dari kebijakan dovish The Fed dan potensi peningkatan perekonomian (AS), kata BMI. menjadi Rp. Sejak kemenangan Trump, rupiah anjlok hingga hampir Rp 16.000 hingga Rp 15.920 / US$1 pada Kamis (21/11/2024) lalu. Penutupan rupiah pada level Rp 15.925 per US$1 pada Selasa merupakan yang terendah sejak 12 Agustus 2024 atau lebih dari tiga bulan.

Kebijakan Trump seharusnya mengedepankan perekonomian dalam negeri, termasuk proteksionisme. Situasi ini menyebabkan investor memasukkan uangnya kembali ke dalam inflasi AS dan memperkirakan inflasi akan meningkat, sehingga membatasi penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed.

“Rupiah tidak akan melemah lebih lanjut jika Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi untuk menghentikan kerugiannya,” tulis BMI.

BI selalu menyatakan masih berupaya keras mengendalikan nilai tukar rupiah melalui triple intervensi dengan berpartisipasi di pasar saham, pasar non-delivery real estate, dan pasar keuangan.

BMI menjelaskan pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini membuat BI berhati-hati dalam proses reformasi kebijakan.

Prakiraan jangka panjang (6-24 bulan) BMI memperkirakan rupiah akan menguat sebesar 4,0% dan mencapai Rp 14.880/US$1 pada akhir tahun 2025. Kekuatan tersebut akan menguat dari kekuatan dolar yang setara dengan awal tahun. semua. kebijakan moneter dari The Fed.

Menurut BI, dibandingkan negara lain, BI tidak perlu langsung mencabut kekuasaannya. Terutama karena perekonomian Indonesia dalam dua tahun terakhir tumbuh baik dan berada di atas 5,0%.

Artinya stabilitas rupiah akan menjadi prioritas utama BI. Kondisi tersebut membuat BI akan menurunkan suku bunganya lebih kecil dibandingkan The Fed.

“Ekspektasi suku bunga BI pada akhir tahun 2025 adalah 5,25% untuk Indonesia dan 3,50% untuk AS. Hal ini akan menyebabkan selisih suku bunga sebesar 175bps yang menguntungkan rupiah,” ujarnya.

Suku bunga akan meningkatkan nilai Indonesia Rupiah diperkirakan akan berada di bawah tekanan karena kurangnya dukungan eksternal. Ketergantungan Indonesia pada ideologi Tiongkok akan membawa dampak buruk bagi pihak luar dalam beberapa tahun ke depan.

Ekspor ke Tiongkok menyumbang sekitar 25% dari total ekspor atau hampir sama dengan gabungan Amerika Serikat dan seluruh negara ASEAN.

Namun, karena perekonomian Tiongkok diperkirakan akan melambat pada dekade berikutnya, hal ini dapat berdampak signifikan terhadap lingkungan eksternal Indonesia. Pada tahun 2025, kami memperkirakan defisit transaksi berjalan akan melebar dari 1,0% menjadi 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Risiko dalam Peramalan Rupiah Ada banyak risiko dalam peramalan nilai tukar rupiah. Pertama, meskipun anggaran tahun 2025 telah membantu meredakan kekhawatiran investor mengenai perencanaan tambahan modal, kami masih merasa skeptis.

Pemotongan APBN 2025 bisa meningkat hingga 2,53% PDB.

Namun kami menilai pemerintahan baru akan melebihi target. Presiden Prabowo Subianto bisa saja memilih perubahan APBN 2025 jika menyadari tidak bisa memenuhi targetnya, tulis BMI.

Perubahan perekonomian sering kali terjadi ketika ada pergantian pemerintahan, dan BMI yakin kali ini pun demikian. Jika Prabowo memutuskan untuk meningkatkan belanja publik tanpa rencana yang tepat untuk meningkatkan pendapatan, maka rupiah akan melemah.

Sebagai catatan, Presiden Joko Widodo mengumumkan Undang-Undang Perubahan APBN (APBN-P) pada Februari 2015 hanya satu bulan setelah anggaran dimulai.

Kedua, BMI kini memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga sebesar 125bps pada akhir tahun 2025. Namun, jika inflasi meningkat karena kebijakan Trump, The Fed akan – mungkin dia akan melakukan proses pemotongannya. Hal ini akan memperkuat dolar sehingga meningkatkan risiko terhadap rupiah.

ILLINI NEWS Riset [email dilindungi] (mae/mae)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *