Jakarta, ILLINI NEWS – Harga batu bara melemah pada paket kemarin (4/11/2024) pada Senin akibat lemahnya permintaan di China dan ekspektasi peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Menurut data Refinitiv, harga batubara Newcastle tercatat pada $144,90 per ton pada akhir kemarin, sedikit melemah sebesar 0,03% pada hari itu.
Penurunan ini menandai empat hari berturut-turut harga batu bara masuk zona merah.
Sejauh ini, permintaan energi Tiongkok masih sangat lemah. Bahkan energi lain seperti minyak juga menghadapi hal yang sama. Hal ini mendorong OPEC+, aliansi produsen minyak utama, memutuskan untuk menunda produksi hingga Desember 2024 untuk menstabilkan harga.
Selain itu, China Three Gorges Renewables Group Co. berencana membangun pusat aktivasi EBT dengan nilai investasi hingga USD 10 miliar atau Rp 157,27 triliun (kurs = Rp 15.726,8/US$).
Hal ini semakin menunjukkan bahwa komitmen transisi menuju energi ramah lingkungan sangat tinggi di Negeri Panda.
Salah satu divisi dari China Three Gorges Renewables Group Co., Ltd. berencana untuk membangun pembangkit listrik besar yang menggabungkan tenaga angin, surya, batu bara, dan baterai di gurun Taklamakan, menurut pengajuan perusahaan pada Rabu lalu.
Proyek ini akan mencakup 8,5 gigawatt tenaga surya, 4 gigawatt turbin angin, enam pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 660 megawatt, dan penyimpanan baterai 5 gigawatt, menurut pengajuan tersebut.
Proyek ini merupakan bagian dari rencana pemanfaatan lahan gurun di Tiongkok untuk menghasilkan listrik bersih, dan menyalurkan jaringan listrik berkekuatan tinggi untuk menjangkau kota-kota padat penduduk.
Perusahaan juga mengumumkan rencana investasi hingga 4,7 miliar yuan atau Rp 10,38 triliun (kurs = Rp 2.208,48/yuan) pada proyek pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai berkapasitas 400 megawatt di lepas pantai provinsi Fujian.
Riset ILLINI NEWS (tsn/tsn)