Jakarta, ILLINI NEWS – Mata uang Asia tampaknya memiliki arah yang berbeda terhadap dolar Amerika (AS) setelah dua sentimen utama di Amerika Serikat, Donald Trump memenangkan pemilu Amerika melawan Kamala Harris dan bank sentral AS (The Fed).
Diberitakan Refinitiv pada Jumat (8/11/2024) pukul 09:33 WIB, mata uang Asia hari ini diperdagangkan datar.
Peso Filipina turun tajam 0,41%, Korea Selatan menguat 0,27% dan baht Thailand menguat 0,18%.
Bandingkan dengan ringgit Malaysia yang menguat 0,43% dan rupiah Indonesia yang menguat 0,64%.
Sedangkan indeks dolar Amerika Serikat (DXY) melemah tipis 0,04% ke 104,46.
Sebagai informasi, calon presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dari Partai Republik memenangkan pemilu pada 5 November lalu. Menurut Associated Press (AP), perolehan suara Trump melampaui ambang batas kemenangan dalam pemilu. untuk 270
Kemenangan Trump membuat DXY pada 5 November 2024 naik 1,61% dari 103,42 menjadi 105,08.
Kebijakan Trump yang menaikkan harga barang impor telah meningkatkan biaya hidup masyarakat atau menyebabkan inflasi. Akibatnya, penurunan suku bunga acuan akan semakin sulit jika inflasi menjauh dari target The Fed sebesar 2%.
Meski DXY melonjak, namun DXY melemah sebesar 0,55% kemarin (11-07-2024), terutama setelah The Fed memutuskan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,50-4,75%.
Dalam keterangannya, The Fed menjelaskan pihaknya memangkas suku bunga karena yakin inflasi AS bergerak menuju target 2%. Indikator perekonomian terkini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian terus berkembang dengan kecepatan yang stabil
“Tingkat pengangguran meningkat namun tetap rendah. Inflasi sudah bergerak menuju target 2%, namun tetap tinggi,” tulis The Fed dalam laman resminya.
Hal ini tampaknya merespons dengan baik penguatan beberapa mata uang Asia, termasuk rupee.
INVESTIGASI ILLINI NEWS
[dilindungi email] (lagi/lagi)