Jakarta, ILLINI NEWS – Jalur penguatan rupiah terhadap dolar AS masih sulit karena indeks dolar AS masih kuat.
Mengutip Refiniv, mata uang Garuda mengakhiri perdagangan pekan ini pada Jumat (22/11/2024) di Rp 15.870/US$, naik 0,31% pada hari itu, namun gagal menutupi penurunan mingguan sebesar 0,13%. melanjutkan devaluasi dari minggu sebelumnya sebesar lebih dari 1%.
Tantangan eksternal berupa kuatnya indeks USD terus menjadi penghambat pergerakan rupee. Melansir ILLINI NEWS, hingga akhir pekan ini, DXY terus menguat hingga melampaui level 107, yang merupakan titik tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Menguatnya dolar AS disebabkan dampak pasca kemenangan Trump yang membuat pelaku pasar mengharapkan kebijakan proteksionisme Trump dalam penerapan tarif impor dan janji efisiensi anggaran pemerintah AS yang diyakini mampu memperkecil defisit.
Sementara itu, ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS pada bulan Desember telah mereda, dengan peluangnya sekarang sebesar 53%, menurut CME Fed Watch Tool, turun tajam dari 82,5% pada minggu lalu.
Beberapa pengambil kebijakan The Fed menyatakan kekhawatirannya pada minggu ini bahwa inflasi mungkin telah terhenti dan menyarankan agar berhati-hati, sementara yang lain menekankan perlunya penurunan suku bunga lebih lanjut.
Dengan perubahan kebijakan yang sedang berlangsung dan risiko inflasi yang ditimbulkan oleh usulan tarif perdagangan oleh Presiden AS Donald Trump, akan sulit bagi dolar AS untuk kehilangan kekuatannya.
SURVEI ILLINI NEWS (tsn/tsn)