Dow Jones rebound dari penurunan, IHSGPenyebaran tekanan diperkirakan terjadi di pasar negara berkembang. Ada pengumuman suku bunga dari bank sentral Tiongkok hari ini.
Jakarta, ILLINI NEWS – Pasar keuangan Indonesia melemah pada perdagangan (20/12/2024) setelah bank sentral AS, Federal Reserve, mengumumkan kebijakan moneter.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (19/12/2024).
IHSG ditutup menguat 1,84% pada 6.777,24. IHSG pun terkoreksi hingga level psikologis 6900, terakhir kali IHSG diperdagangkan di level tersebut adalah pada 27 Juni 2024.
Nilai transaksi indeks mencapai Rp 13,6 triliun yang melibatkan 20,6 miliar saham yang berubah 1,3 juta kali. Sebanyak 97 saham menguat, 521 saham melemah, dan 170 saham stagnan.
Seluruh sektor kembali ke zona merah sebelum terkoreksi lebih dari 3%. Sektor bahan baku paling menderita, yaitu 3,63%.
Sementara dari sisi saham, emiten bank raksasa kembali menjadi fokus utama IHSG, dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi peraih keuntungan terbesar dengan raihan 13,4 poin indeks.
Selain itu, ada pula emiten konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dengan nilai indeks 10,1 dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan nilai indeks 5,7.
Sebaliknya, hingga penutupan perdagangan Kamis (19/12/2024), nilai tukar rupee melemah terhadap dolar AS dengan depresi lebih dari 1%.
Rupiah turun 1,24% menjadi Rp 16.285/USD di akhir perdagangan, menurut Refinitiv. Pelemahan lebih dari 1% ini merupakan yang terdalam sejak 7 Oktober 2024 yang sebelumnya sebesar 1,26%.
Pada siang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi Rp16.130/US$ dan terjauh Rp16.300/US$. Pelemahan ini merupakan yang terdalam sejak 30 Juli 2024 yang sebelumnya berada di Rp 16.295/USD.
Melemahnya pasar saham dan rupee tidak lepas dari sentimen global yaitu kebijakan suku bunga Federal Reserve dan kenaikan indeks dolar AS (DXY). Pada perdagangan sebelumnya, DXY naik 1% menjadi 108,03, tertinggi sejak November 2022, karena ekspektasi pasar terhadap suku bunga AS yang konservatif.
Dalam pernyataan terbarunya, Federal Reserve mengatakan akan memangkas suku bunga utamanya (Federal Funds Rate) dua kali pada tahun 2025, turun 100 basis poin dari proyeksi bulan September.
Hal ini diperkuat oleh penekanan Ketua Fed Jerome Powell untuk berhati-hati dalam menyesuaikan kebijakan moneter. Ekspektasi tersebut menyebabkan penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupee.