JAKARTA, ILLINI NEWS Indonesia – Selama satu dekade terakhir, data pengangguran di Indonesia menunjukkan tren yang menarik, terutama jika melihat lulusan universitas. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran lulusan masih menjadi fokus.
Pada tahun 2013, terdapat 495.143 lulusan universitas yang menganggur. Jumlah tersebut mencapai 981.203 orang pada tahun 2020 dan akhirnya mencapai 842.378 orang pada tahun 2024 dengan sedikit penurunan.
Tren ini menunjukkan bahwa meskipun pendidikan tinggi sering dianggap sebagai jalan keluar dari kemiskinan, namun hal ini tidak selalu terjadi. Antara tahun 2014 dan 2020, jumlah lulusan pengangguran meningkat hampir dua kali lipat.
Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 menjadi salah satu alasan terbesar mengapa dunia kerja lumpuh dan banyak perusahaan memberlakukan pembatasan perekrutan. Meskipun jumlah ini mulai menurun setelah pandemi, penurunan tersebut tidak cukup signifikan untuk menghilangkan risiko pengangguran lulusan.
Dibandingkan dengan lulusan SMA (SMA umum), jumlah pengangguran pada jenjang ini sebenarnya lebih tinggi secara absolut, yakni mencapai 2.513.481 jiwa pada tahun 2023.
Namun tingkat persaingan pasar kerja bagi lulusan SMA berbeda-beda. Banyak yang memasuki sektor informal atau pekerjaan dengan keterampilan tinggi dimana kualifikasi tinggi tidak selalu menjadi prioritas.
Di sisi lain, lulusan perguruan tinggi seringkali terjebak dalam perangkap “ambition mismatch”, yaitu keadaan di mana ekspektasi karir tidak sesuai dengan realitas pasar kerja. Akibatnya, lulusan lebih banyak yang menganggur dibandingkan lulusan SMA atau bahkan SMA.
Di sisi lain, lulusan universitas atau diploma menunjukkan tren yang lebih stabil dibandingkan mahasiswa. Pada tahun 2013, jumlah pengangguran pada kelompok ini tercatat sebanyak 193.517 orang. Meski meningkat menjadi 305.261 pada tahun 2020, namun kembali turun menjadi 170.527 pada tahun 2024. Stabilitas ini disebabkan oleh program diploma yang lebih fokus pada keterampilan praktis dan kebutuhan industri.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi tingginya angka pengangguran lulusan di Indonesia, seperti ketidaksesuaian antara kualifikasi yang ditawarkan dan yang dibutuhkan, serta fenomena “kesenjangan upah reservasi”, dimana lulusan menunggu pekerjaan yang dianggap ideal, serta akses terhadap dokumen terkait. Peluang kerja
Untuk mengurangi pengangguran akademis, pendekatan terhadap pendidikan tinggi di Indonesia harus diubah. Universitas harus lebih fokus pada pengembangan keterampilan praktis dan berkolaborasi dengan industri. Selain itu, penting untuk memperhatikan pentingnya menciptakan ekosistem kewirausahaan di kalangan pelajar agar tidak hanya bergantung pada pekerjaan formal.
Tingginya angka pengangguran pelajar menunjukkan perlunya langkah nyata dari semua pihak. Dengan mengurangi kesenjangan keterampilan, membuka lebih banyak akses terhadap pekerjaan dan mendorong inovasi di sektor pendidikan, bukan tidak mungkin diharapkan dapat mengurangi pengangguran lulusan.
Riset ILLINI NEWS
(menyematkan/menyematkan)