illini berita Harga Tertinggi Dalam 50 Tahun! Kopi Indonesia Laris Manis di Amerika

Jakarta, ILLINI NEWS. Cuaca yang tidak stabil dan kekeringan yang berkepanjangan telah mendorong harga kopi ke level tertinggi dalam setengah abad.

Kopi arabika berjangka untuk pengiriman Maret mencapai level tertinggi baru intraday sebesar 348,35 sen per pon pada Selasa (12/10/2024), level tertinggi dalam hampir 50 tahun.

Terakhir kali harga biji Arabika, varietas paling populer di dunia, setinggi ini terjadi pada tahun 1977, ketika embun beku menghancurkan sebagian besar perkebunan Brasil.

Dikenal karena rasanya yang lembut dan manis, biji kopi Arabika menguasai 60% hingga 70% pasar kopi global. Biji kopi ini biasa digunakan untuk membuat espresso dan kopi lainnya yang dibuat oleh barista.

Jika menengok ke belakang dalam setahun terakhir, harga kopi jenis ini mengalami kenaikan hampir 70%.

Sementara itu, pada akhir November tahun lalu, harga kopi Robusta berjangka juga naik ke rekor tertinggi baru. Dikenal dengan rasa pahitnya yang kuat, biji kopi Robusta biasa digunakan dalam campuran kopi instan.

Harga kopi kemungkinan akan naik akibat kemarau berkepanjangan, sementara pasokan bergantung pada beberapa negara, termasuk Indonesia.

Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi kopi di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta karung (1 karung = 60 kg) pada tahun 2024/2025, atau 8% lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Wilayah Sumatera Selatan, penghasil utama Robusta yang menyumbang 85% produksi nasional, mencatat pemulihan yang tidak merata. Sebaliknya, di Sumatera Utara, produksi Arabika tetap stabil pada angka 1,4 juta karung karena kondisi cuaca yang mendukung dan dukungan teknis dari petani lokal.

Kecuali Sumatera Utara, dengan produksi Arabika yang stabil di angka 1,4 juta karung. Di sini petani mendapatkan dukungan teknis termasuk penggunaan pohon peneduh dan pengendalian hama. Beberapa daerah bahkan melakukan praktik tumpang sari dengan tanaman sayuran untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Sebagai produsen kopi, Indonesia termasuk salah satu pihak yang diuntungkan khususnya dari sisi ekspor.

Ekspor kopi Indonesia diperkirakan meningkat 18% dari tahun lalu menjadi 5,2 juta karung, meskipun angka ini masih di bawah perkiraan awal. Amerika Serikat masih menjadi pasar utama dengan menyerap hingga 15% ekspor, disusul Mesir (11%), Malaysia (9%) dan Jepang (6%).

Namun, pasar UE menghadapi tantangan serius karena Peraturan Deforestasi baru (EUDR) yang memperketat persyaratannya.

Namun, menunda penerapan EUDR selama 12 bulan mungkin memberikan waktu bagi eksportir untuk melakukan penyesuaian.

Dengan tambahan waktu ini, ekspor ke UE diperkirakan akan pulih secara bertahap.

Sementara konsumsi kopi dalam negeri diperkirakan masih sebesar 4,8 juta karung. Kopi siap minum terus menarik perhatian konsumen karena distribusinya yang luas dan harganya yang terjangkau, dengan sebagian besar konsumen memilih produk di bawah Rp30.000.

Riset ILLINI NEWS (tsn/tsn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *