Pasar keuangan Indonesia kemarin mengecewakan, IHSG anjlok dan Wall Street masih gembira pasca kemenangan Trump
Jakarta, ILLINI NEWS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada Senin (11/11/2024) mendapat tekanan keluarnya dana asing dari pasar saham domestik dalam beberapa hari terakhir.
Pasar keuangan Indonesia hari ini diperkirakan melemah akibat tekanan eksternal. Anda dapat membaca lebih lanjut mengenai sentimen pasar saat ini di halaman 3 artikel ini.
IHSG ditutup melemah 0,28% menjadi 7.266,46 pada perdagangan kemarin Senin (11/11/2024), setelah pada sesi pertama anjlok lebih dari 1% hingga mencapai level psikologis 7.100. Berkat dorongan beli pada sesi kedua, koreksi IHSG dari posisi terendah pun terpangkas.
Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai kurang lebih Rp 13 triliun dengan total volume transaksi sebanyak 23 miliar lembar saham dalam 1,4 juta transaksi. Namun tekanan jual di pasar masih ada, dengan 397 saham melemah, 190 saham menguat, dan 196 saham stagnan. Sektor real estate mencatatkan pelemahan terbesar sebesar 1,83% menjadi sektor yang paling memberikan tekanan terhadap IHSG pada akhir perdagangan.
Di antara emiten, tekanan terbesar terhadap IHSG adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang menyumbang penurunan indeks sebesar 8,7 poin. Saham-saham unggulan lainnya seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga turut menyumbang pelemahan IHSG yang masing-masing turun 8,3 dan 6,9 poin.
Tak hanya IHSG, rupee juga melemah terhadap dolar AS pada Senin (11/11/2024) menyusul kemenangan Donald Trump di pemilu AS. Rupiah melemah 0,06% menjadi Rp 15.675 per dolar AS. Rupiah sepanjang hari berfluktuasi antara Rp 15.687 hingga Rp 15.615. Penguatan dolar AS mencerminkan ekspektasi investor terhadap kebijakan ekonomi proteksionis yang mungkin diterapkan Trump, yang dapat memberikan tekanan pada perekonomian negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut, menguatnya dolar AS tercermin dari kenaikan Indeks Dolar AS (DXY) yang menguat hingga 105.287 pada pukul 15:00 WIB, sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan pekan lalu. Penguatan dolar menjadi salah satu faktor utama yang membebani rupiah dan meredam sentimen positif di pasar keuangan Indonesia.
Analis memperkirakan keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia yang mencapai Rp 7,43 triliun pada bulan lalu semakin menambah tekanan di pasar. Berdasarkan catatan, Rp6,04 triliun berasal dari pasar reguler dan Rp1,39 triliun dari pasar tradable dan spot. Melemahnya data perekonomian dalam negeri juga menjadi penyebab keluarnya modal asing sehingga menambah tantangan bagi IHSG untuk kembali ke zona hijau pada November mendatang.
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi pemerintah (SBN) tenor 10 tahun juga naik menjadi 6,75% dari sehari sebelumnya sebesar 6,73%. Pengembalian berbanding terbalik dengan harga. Kenaikan suku bunga menandakan harga SBN turun karena investor melepas suku bunga sehingga menyebabkan suku bunga naik.