illini news Kisruh PPN Berakhir, RI Siap Happy Weekend?

Pasar keuangan melemah signifikan akibat lemah dan kuatnya IHSG di Wall Street dan diperkirakan akan menjadi penggerak pasar saat ini.

JAKARTA, ILLINI NEWS – Pasar keuangan Indonesia sedang kacau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, sedangkan rupee berakhir di zona penguatan pada perdagangan kemarin. Kamis (6/12/2024).

IHSG melemah di tengah sentimen investor yang melemahkan pernyataan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengenai kebijakan suku bunga acuan.

Namun, banyak sentimen dari dalam dan luar negeri terhadap perdagangan saat ini. Detail lebih lanjut mengenai sentimen pasar saat ini dan perkiraannya dapat dilihat di halaman 3 artikel ini. Investor juga dapat melihat jadwal agenda dan rilis data pasar domestik dan luar negeri hari ini di halaman 4.

IHSG ditutup menguat 0,18% pada 7.313,31 pada akhir perdagangan Kamis (12/5/2024). IHSG masih berada di level psikologis 7.300 pada penutupan perdagangan kemarin.

Nilai transaksi IHSG relatif sepi atau hanya mencapai sekitar Rp 9,1 triliun dengan melibatkan 15,2 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 300 saham menguat, 287 saham melemah, dan 203 saham stabil pada perdagangan kemarin.

Hambatan terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin adalah sektor keuangan yang mencapai 0,92%. Emiten perbankan raksasa memangkas suku bunga IHSG seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang mencapai 18 poin indeks, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 10,2 poin indeks, dan PT Bank Negara Indonesia ( Persero) Tbk (BBNI) 4,7 poin indeks.

Yang kemarin menyita perhatian pelaku pasar saham Indonesia adalah besarnya transaksi jumbo di saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Pada perdagangan hari pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham AADI berhasil ditutup 19,82% di atas autorejection (ARA) di level Rp 6.650. Terpantau antrian penawaran transaksi saham AADI mencapai 5,38 juta lot, dimana 5,28 juta lot di antaranya mengantri untuk transaksi senilai Rp 6.650 per saham atau Rp 3,52 triliun.

Daya tarik saham AADI di mata investor membuat sebagian investor beralih mengantri transaksi saham AADI, meski saat ini terkunci di ARA, sehingga menyebabkan sepinya transaksi saham-saham berkapitalisasi besar.

Selain itu, sentimen global yang juga mempengaruhi kinerja IHSG pada sesi kemarin adalah Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mengumumkan kehati-hatian dalam memangkas suku bunga acuannya.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan perekonomian AS saat ini lebih kuat dari perkiraannya pada bulan September ketika bank sentral mulai memangkas suku bunga. Dia juga mengindikasikan bahwa dia mendukung pendekatan yang lebih hati-hati terhadap penurunan suku bunga di masa depan.

Kembali ke rupiah, rupiah menguat 0,44% ke Rp 15.855/US$ pada penutupan perdagangan kemarin (5/12/2024), seperti dilansir data Refinitiv. Sepanjang hari, nilai tukar Rupee berfluktuasi pada kisaran Rp 15.920/US$ hingga Rp 15.854/US$.

Indeks dolar AS (DXY) melemah 0,17% menjadi 106,14 dari 15,00. Pelemahan tersebut tentu membawa angin segar bagi nilai tukar Indonesia.

Penguatan rupee yang ditopang melemahnya indeks dolar AS juga sejalan dengan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Laporan Economic Outlook 2025 yang dirilis Parmata Institute for Economic Research (PIER) menyebutkan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,15% pada tahun 2025.

Proyeksi ini didasarkan pada prospek peningkatan konsumsi domestik, diversifikasi ekspor, dan kuatnya arus masuk investasi langsung.

Kepala Ekonom Parmata Bank Josua Pardade mengatakan prospek ini memberikan landasan yang kokoh bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan meskipun ada tantangan dunia.

Selain itu, inflasi Indonesia diperkirakan akan tetap di bawah 3,12% pada tahun 2025, meskipun ada tekanan dari kenaikan tarif PPN dan cukai pada banyak barang seperti plastik, rokok, dan minuman ringan.

Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp15.200-Rp15.700/US$ pada tahun depan, memperkirakan arus investasi lebih langsung dan portofolio serta kebijakan suku bunga rendah akan diterapkan oleh Bank Indonesia dan Federal Reserve.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi 10 tahun pada perdagangan Kamis (12/5/2024) dilaporkan menguat sebesar 0,14% menjadi 6.995 dari perdagangan sebelumnya. Yield obligasi yang kuat menandakan pelaku pasar melakukan dumping Surat Berharga Negara (SBN). Di sisi lain, melemahnya imbal hasil obligasi menunjukkan pelaku pasar mulai menimbun Surat Berharga Negara (SBN).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *