illini news Es Abadi di Puncak Sudirman Jayawijaya Mau Punah, Tanda Petaka Buat RI

Jakarta, ILLINI NEWS – Ketebalan dan volume es “salju abadi” di Puncak-Sudirman di Pegunungan Jayavijaya Papua terus berkurang. Akibatnya, defisit menjadi signifikan.

Akibatnya, es di Pegunungan Jayawijaya dikhawatirkan akan hilang atau hilang dalam beberapa tahun ke depan.

Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi, Meteorologi, dan Geofisika (BMKG) pada 11-15 November 2024 hasil pemantauan es di Puncak Sudirman Pegunungan Jayavijaya Papua.

“Tahun ini, kami melakukan penelitian lain yang menunjukkan penurunan ketebalan es dari tahun ke tahun, yang menghasilkan jumlah es permukaan yang sangat kecil sehingga kami mencoba mendokumentasikan hilangnya tersebut. Rusaknya es di Papua, karena kita sedang dalam masa sulit untuk memulihkannya,” kata Koordinator. Bidang Pemantauan Instrumen Iklim BMKG Donaldi Sukma Permana dalam keterangannya di situs resmi BMKG, Selasa (3/12/2024).

“Terjadi pengurangan signifikan luas dan ketebalan gletser ‘salju abadi’ di Puncak Sudirman,” imbuhnya.

Video yang diunggah di kanal YouTube Info BMKG menyebutkan, situasi kritis berkurangnya tinggi dan ketebalan Gletser Jayavijaya akan berdampak besar pada perubahan ekosistem dan kehidupan manusia.

“Perubahan iklim kini semakin mengancam keindahan abadi gletser. Gletser-gletser besar di masa lalu perlahan menghilang,” tulis BMKG dalam keterangan video yang diunggah pada 30 November 2024.

Hal ini diutarakan Donaldy yang menemukan laju perubahan iklim yang semakin tidak terkendali menjadi penyebab utama mencairnya es di pegunungan Jayawijaya.

Luas tutupan es akan berkurang dari 0,23 kilometer persegi pada tahun 2022 menjadi 0,11-0,16 kilometer persegi pada tahun 2024. Ini pertanda buruk bagi Indonesia, karena sebentar lagi salju abadi di pegunungan Jayawijaya akan hilang dalam beberapa tahun ke depan. , ” jelasnya.

“El Nino juga mempercepat hilangnya es,” kata Donaldy.

Padahal, tambahnya, salju abadi di pegunungan Jayawijaya merupakan keajaiban alam yang unik.

“Indonesia sendiri merupakan tempat istimewa di daerah tropis karena memiliki salju abadi. Salju abadi di pegunungan Jayawijaya merupakan keajaiban alam yang menarik perhatian para ilmuwan, peneliti, dan pecinta alam,” ujarnya.

“Namun, penurunan luas lapisan es secara signifikan telah dilaporkan dalam beberapa dekade terakhir,” kata Donaldy.

Dalam keterangan yang sama, Petugas Instrumen Meteorologi BMKG Najib Habibie mengatakan, hasil pemantauan tahun ini menunjukkan ketebalan es di Puncak Sudirman hanya 4 meter. Data ini diperoleh setelah terdeteksinya 14 tumpukan (alat pengukur ketebalan es) pada tahun 2023.

Ketebalan es mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan pengukuran BMKG sebelumnya, yakni 32 meter pada tahun 2010 dan 5,6 meter pada November 2015 hingga Mei 2016, kata Najib.

Dia menjelaskan, upaya pengendalian es di Papua telah dilakukan PT Freeport Indonesia sejak tahun 2010. Dengan memasang tiang pancang berupa beberapa potong pipa yang dihubungkan dengan tali, kemudian terus dipantau.

Beberapa bagian pipa dikatakan telah ditemukan di permukaan untuk menunjukkan luas dan ketebalan es yang hilang.

“Dari tahun 2010 hingga 2017 pemantauan dilakukan langsung hingga Puncak Sudirman. Namun sejak tahun 2017 tidak bisa mencapai puncak, setelah tahun 2017 pemantauan dilakukan menggunakan pencitraan udara melalui flyover,” jelasnya.

“Melalui pemantauan ini, BMKG memberikan bukti nyata bahwa pemanasan global telah terjadi dan berpotensi mengancam simbol berharga Indonesia yaitu ‘salju abadi’. BMKG terus berkomitmen untuk memantau dan mendokumentasikan hilangnya salju abadi di masa depan.” dikatakan. Najib. (dce/dce) Simak video di bawah ini: Video: Waspada Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun 2024! Artikel selanjutnya Sedih! Pungli Rp 18,5 Miliar Ditemukan di Langit Bumi Papua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *