Jakarta, ILLINI NEWS – Semakin banyak warga Tiongkok yang memindahkan uangnya ke luar negeri secara ilegal di tengah krisis properti dan ketidakpastian ekonomi. Kontrol ketat terhadap aliran modal membuat proses ini menjadi sulit, pembelian valuta asing dibatasi hingga $50.000 atau sekitar Rp 779,15 juta per tahun.
Menurut The Wall Street Journal, transfer kekayaan secara besar-besaran ini jauh melebihi arus keluar modal yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016. Sekitar $254 miliar diyakini telah keluar secara ilegal dalam empat kuartal hingga bulan Juni.
Sebagian dari dana ini diyakini merupakan pendapatan ekspor yang disimpan di luar negeri untuk memanfaatkan peluang investasi yang lebih baik. Namun, trennya semakin meningkatkan tekanan terhadap mata uang yuan di tengah upaya pemerintah menjaga stabilitasnya.
Kepercayaan terhadap kinerja ekonomi Tiongkok semakin berkurang di kalangan kelompok kaya. Mereka menggunakan berbagai metode, termasuk mengirimkan barang berharga atau menggunakan mata uang kripto, untuk menghindari pengendalian modal.
Pandemi Covid-19 dan pengetatan otoritas sektor swasta juga memicu arus keluar modal. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan akan melambat menjadi sekitar 3% pada akhir dekade ini, turun dari sekitar 5% saat ini.
Kebijakan stimulus terbaru Beijing kemungkinan akan meningkatkan pertumbuhan tahun ini, namun belum jelas apakah dampaknya akan bertahan lama. Tiongkok juga menghadapi tantangan besar jangka panjang, termasuk populasi yang menua dan konflik dengan negara-negara Barat.
Pemerintah berupaya menindak pelanggaran aturan aliran modal dan memperingatkan bahwa pelanggarnya akan dihukum berat. Pada bulan September, polisi Beijing menangkap sekelompok orang yang mentransfer 800 juta yuan ke luar negeri melalui perdagangan mata uang kripto.
Meskipun demikian, pelanggaran terus terjadi, yang mencerminkan keinginan kuat warga negara untuk mendapatkan lebih banyak pendapatan di luar Tiongkok. Beberapa investor kini melihat saham domestik sebagai alternatif investasi yang lebih menarik, meskipun tantangan perekonomian masih tetap ada.
Sementara itu, banyak pula yang menggunakan cara-cara kreatif, seperti mendirikan perusahaan palsu di luar negeri atas nama anggota keluarga. Mereka juga menggunakan seni dan mata uang kripto untuk mentransfer uang secara diam-diam.
Metode populer lainnya adalah melelang karya seni di luar negeri dan menyimpan hasilnya di luar Tiongkok. Dari Hong Kong, yang tidak memiliki kendali modal, uang ditransfer ke tempat lain.
Meskipun perdagangan mata uang kripto dilarang di Tiongkok, warga masih dapat membuat dompet kripto. Mereka menggunakan mata uang Tiongkok untuk membeli aset kripto yang kemudian dikonversi menjadi dolar di luar negeri.
Sebelumnya, arus keluar modal dari Tiongkok lebih mudah dilacak melalui data neraca pembayaran. Namun perubahan metode penghitungan pada tahun 2022 membuat analisis data tersebut menjadi sulit.
Meski begitu, analis menilai pengalihan arus modal keluar masih terjadi secara besar-besaran. Perkiraan terbaru menunjukkan sekitar $200 miliar modal telah mengalir dalam empat kuartal hingga bulan Juni.
Administrasi Devisa Negara Tiongkok membantah adanya pelanggaran modal besar. Mereka mengatakan kesenjangan statistik yang ada tidak menunjukkan adanya pelarian modal.
Namun, para ekonom percaya bahwa modal tetap berada di luar Tiongkok secara ilegal. Hal ini didorong oleh keinginan investor untuk mencari return yang lebih tinggi di luar negeri.
(fsd/fsd) Simak video berikut ini: Video: DP Rumah 0% Diperpanjang Hingga 2025, Manfaatnya Bagi Sektor Properti? Video Artikel Berikutnya: Juni 2024, Tiongkok Alami Inflasi 0,2% (y/y)