Jakarta, ILLINI NEWS – Perang antara Israel dan Hamas telah menimbulkan kekhawatiran global akan dampak ekonominya yang sangat besar. Hal ini tercermin dari pergerakan harga komoditas yang cenderung mengalami kenaikan lebih tajam dibandingkan saat perang Rusia-Ukraina.
Dunia dihebohkan dengan perang yang pecah antara Palestina dan Hamas tahun lalu. Konflik antara kelompok Islam Palestina, Hamas, dan Israel di Jalur Gaza semakin memanas. Serangan balasan dari kedua kubu terus berlanjut hingga Minggu (10/8/2023) setelah Hamas melancarkan serangan pertamanya ke Israel pada Sabtu (10/7/2023).
Sejak perang meletus pada Sabtu (10/7/2023), jumlah korban terus meningkat dan perang tersebut menimbulkan kepanikan di pasar keuangan global. Harga komoditas juga berfluktuasi setelah perang.
Namun, satu hal yang menarik untuk dicermati pada tahun pasca perang adalah kenaikan harga komoditas pasca perang antara Israel dan Hamas. Berbeda dengan perang antara Rusia dan Ukraina.
Berdasarkan laporan Refinitiv, harga komoditas yang mengalami kenaikan terbesar adalah emas global yang melonjak 44,75% pada tahun lalu, disusul CPO (minyak sawit mentah) yang naik 19,44%.
Harga batubara meningkat sebesar 5,65% pada tahun lalu. Selain itu, gas alam Eropa naik 7,25%. Berbeda dengan Brent dan WTI yang justru terpantau turun masing-masing sebesar 7,72% dan 10,16%.
Sementara itu, perang Rusia-Ukraina menyebabkan harga komoditas secara keseluruhan anjlok setahun kemudian.
Mulai dari Minyak (Brent dan WTI), CPO, Emas, Batubara, dan Gas Alam Eropa yang nampaknya terus melemah. Faktanya, komoditas gas alam Eropa mengalami penurunan terdalam, yakni sebesar 42,63%.
Perang antara Israel dan Hamas telah menewaskan ribuan orang
Menurut laporan dari Geopolitik Futures, perang di Ukraina sejauh ini relatif terkendali, sebagian besar terbatas pada area antara serangan Rusia dan pertahanan Ukraina yang semakin meningkat.
Namun perang kedua, yang dimulai pada Oktober 2023 ketika Hamas menyerang Israel, berubah menjadi Israel menyerang Hizbullah di Lebanon. Ini bukanlah konflik tradisional yang dipimpin oleh infanteri dengan garis keterlibatan yang jelas. Hal ini akan terus berlanjut seperti awal mulanya: Israel berupaya menghancurkan struktur komando musuh, sementara Hizbullah dan Hamas berupaya membahayakan penduduk Israel.
Ketegangan di Timur Tengah tampaknya meningkat setelah Iran menembakkan sekitar 180 rudal ke Israel awal pekan lalu sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang keduanya memiliki hubungan dekat dengan Teheran.
Serangan tersebut menyebabkan kematian seorang warga Palestina di Tepi Barat, sementara tentara Israel mengakui bahwa beberapa peluru menghantam pangkalan udaranya. Serangan itu terjadi setelah apa yang Israel sebut sebagai “operasi darat terbatas” di Lebanon selatan yang menargetkan Hizbullah.
Ketegangan di Timur Tengah nampaknya terus berlanjut setelah calon presiden AS Donald Trump melontarkan pernyataan tak terduga. Ia menegaskan, Israel harus melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, sebagai respons atas serangan rudal yang dilakukan Teheran.
Berbicara pada acara kampanye di North Carolina pada hari Jumat, Trump, yang dikenal karena sikap kerasnya terhadap Iran, tidak setuju dengan Presiden AS Joe Biden, yang sebelumnya menolak mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
“Mereka bertanya kepadanya, ‘Apa pendapat Anda tentang Iran? Apakah Anda akan menyerang Iran?’ Dan dia berkata, ‘Selama mereka tidak menyerang dengan senjata nuklir.'” Ini adalah hal yang ingin Anda serang, bukan? Maksud saya, ini adalah bahaya terbesar yang kita hadapi.” Russia Today, Minggu (6/10/2024), mengutip perkataan Trump: “Kami memiliki senjata nuklir.”
Trump menambahkan: “Ketika mereka menanyakan pertanyaan itu kepadanya, jawabannya seharusnya adalah: Serang nuklir terlebih dahulu, baru pikirkan sisanya nanti.”
Lebih lanjut, awal pekan ini (7/10/2024) seperti dilansir Reuters, roket Hizbullah menghantam Haifa, kota terbesar ketiga di Israel, dan media Israel melaporkan 10 orang terluka di utara negara itu pada hari pertama. Ingatan akan perang di Gaza menyebar ke seluruh Timur Tengah.
Polisi mengatakan beberapa bangunan dan properti rusak, dengan laporan adanya luka ringan, dan beberapa orang dibawa ke rumah sakit terdekat. Militer Israel mengatakan jet tempur menyerang sasaran di markas intelijen Hizbullah di Beirut, termasuk fasilitas pengumpulan intelijen, pusat komando dan situs infrastruktur tambahan.
Sejauh ini, perang di Timur Tengah telah menewaskan hampir 42.000 orang menurut otoritas kesehatan Palestina, dan sekitar 1.200 orang, termasuk sekitar 250 sandera di Gaza menurut angka yang dikeluarkan oleh Israel.
Riset ILLINI NEWS
[email protected] (rev/rev) Tonton video di bawah ini: Prabowo: Transfer data mutlak, tidak bisa dinegosiasikan!