Jakarta, ILLINI NEWS – Produsen kendaraan listrik (EV) China mengaku merugikan Eropa. Hal ini menyebabkan banyak manajer perusahaan angkat bicara.
Diketahui bahwa kendaraan listrik Tiongkok harus membayar bea masuk yang lebih tinggi di Eropa. Awal bulan ini, anggota Uni Eropa mendukung pengenaan bea masuk hingga 45% pada kendaraan listrik buatan Tiongkok.
Bukan hanya biaya masuk saja yang naik harganya. Perusahaan-perusahaan Tiongkok juga harus menghadapi lemahnya permintaan di wilayah tersebut.
Wakil Presiden BYD Stella Li prihatin dengan daya beli masyarakat. Harga yang tinggi mungkin menghalangi masyarakat miskin untuk membeli mobil dari Tiongkok.
“Siapa yang membayar tagihannya? Pembelinya. Jadi masyarakat sangat khawatir. Ini menghalangi orang miskin untuk membeli (mobil),” seperti dilansir Reuters, Senin (2024). Seperti disebutkan pada 15 Oktober, katanya:
Sementara itu, CEO Stellantis Carlos Tavares mengatakan tarif baru akan memaksa produsen Tiongkok membangun pabrik di Eropa. Namun, banyak produsen lokal yang mungkin menutup pabriknya.
Dilaporkan bahwa rencana Uni Eropa untuk menaikkan harga terus berlanjut. Namun, belum ada pabrikan China yang mengumumkan kenaikan harga untuk menutupi biaya baru tersebut.
Banyak produsen mobil China dan Eropa dijadwalkan tampil pada pameran di Paris, Prancis, Senin depan (21 Oktober 2024). Salah satu pesertanya adalah GAC, yang menurutnya pameran ini merupakan awal dari harapan perusahaan di Eropa.
BYD mungkin akan meluncurkan SUV baru “Sea Lion 07” untuk memperkenalkan merek tersebut kepada lebih banyak orang. Pabrikan lain seperti Dongfeng, Ceres dan FAW juga akan menampilkan model baru.
Ketiga perusahaan tersebut berharap bisa menjual mobil listrik ke luar negeri, guna menutupi kegagalan pasar dalam negeri. Selain itu, mereka juga harus menghadapi persaingan yang ketat. (fab/fab) Tonton video di bawah ini: Video: Telkom mengungkap tantangan digital dan rencana jaringan.