Jakarta, ILLINI NEWS – Sepanjang tahun 2024, netizen menjumpai contoh pejabat pemerintah yang memamerkan gaya hidup mewah dan harta benda mahal. Pendekatan ini juga memaksa pengguna internet untuk melihat laporan gaji dan kekayaan yang berbanding terbalik dengan gaya hidup mereka.
Berbagai keadaan tersebut membuat ILLINI NEWS menelusuri gaya hidup para konglomerat Indonesia yang bertolak belakang dengan sikap pejabat pemerintah yang gemar pamer kekayaan. Dua konglomerat Indonesia menjadi contoh bagi kita semua. Sebab, keduanya punya uang triliunan rupee namun memilih hidup dalam kemiskinan. 1. TD Pardee
Tumpal Dorianus Pardede merupakan konglomerat Indonesia asal Medan. Ini beroperasi di bawah bendera Pardedetex, yang didirikan pada tahun 1953. Perusahaan ini awalnya merupakan pabrik kaos tunggal di Indonesia. Kemudian secara bertahap menyebar ke industri tekstil yang lebih luas.
Di dokter. TD Pardede, Wajah Pejuang Wirausaha (1981), Pardedetex juga melakukan diversifikasi usaha. Dilaporkan ada 26 unit usaha yang beroperasi, mulai dari hotel, perkebunan, klub sepak bola, dan banyak pabrik. Semuanya memiliki harta senilai miliaran rupee.
Kesuksesan tersebut kemudian menjadikan Pardede sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia pada tahun 1980-an. Banyak yang menjulukinya sebagai “raja tekstil” dan “raja uang”. Sangat kaya.
Meski punya banyak uang, namun kekayaannya tak membuat Pardade hobi pamer kekayaan. Dia mengikuti filosofi hidup kemiskinan dan kesederhanaan.
Dalam buku “75 Tahun Pengaruh” Dr. T.D. Pardede (1991) diketahui menerapkan doktrin “orang kaya harus belajar menjadi miskin”.
Artinya ketika punya banyak uang, tetap harus ingat perjuangan karena tidak memilikinya. Oleh karena itu, orang kaya tidak boleh menyombongkan kekayaannya. Pardada mengatakan, setiap orang kaya tidak boleh lupa bahwa rezekinya berasal dari Tuhan.
Jadi jangan pernah menyombongkan diri. Segala harta adalah amanah dan perlindungan Tuhan. Atas dasar ini, masyarakat kaya harus senantiasa sadar akan sulitnya dan hampir mustahil perjuangan hidup dalam kemiskinan.
Karena filosofi tersebut, Pardede sangat dihormati di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Sumatera Utara. 2.Eka Tjipta Widjaja
Konglomerat asal Indonesia ini kaya akan bisnis lintas industri di bawah bendera Sinar Mas. Sebelum kematiannya pada tahun 2018, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya ke-3 di Indonesia. Total asetnya mencapai $8,6 miliar atau Rp 140 triliun.
Meski tidak kaya, keseharian Eka jauh dari kesan mewah. Pada sebuah seminar tahun 1995, Eka mengaku tidak merasa kaya dan miskin, sehingga sebaiknya ia hidup sederhana.
“Saya pribadi merasa sangat miskin,” kata Eka dalam seminar nasional bertajuk “Kisah Perjuangan Eka Tjipta Widjaja Membangun Bisnis Sinar Mas Group.”
Pernyataan Eka itu berdasarkan pandangan sementaranya terhadap properti tersebut. Senada dengan itu, pria bernama asli Oei Ek Jhong ini mengatakan, jika meninggal dunia, seluruh harta kekayaannya tidak akan dibawa bersamanya.
Atas dasar itu, ia tidak pernah menggunakan kekayaannya untuk kepentingan pribadi.
“(Harta) tidak pernah diambil untuk keperluan pribadi. Kalau saya tidak menggunakan harta saya selama saya hidup, apalagi saya meninggal, uang itu tidak bisa saya bawa,” ujarnya.
Bagi Eka, semua uang harus digunakan dengan bijak, Aka tidak sembarangan. Uang ini harus digunakan untuk komitmen yang lebih besar dan bukan untuk keuntungan pribadi. Sebut saja pembayaran utang dan bunga serta kebutuhan ekspansi bisnis.
“Kebiasaan saya, kalau ada keuntungan sebagai kekayaan, saya punya kekayaan di perusahaan, selalu saya gunakan untuk mengembangkan usaha,” kata Eka.
Eka memutuskan untuk hidup miskin dan sederhana seumur hidupnya. Pada akhirnya terbukti uang ditujukan untuk bisnis, bukan kepentingan pribadi. Seiring berjalannya waktu, Sinar Mas menjadi sukses. (mfa/sef) Simak videonya di bawah ini: Video: Lagu tentang prospek bisnis produk perawatan rambut lokal Go Global