illini berita Perang China-AS Memanas, Korban Mulai Berjatuhan

Jakarta, ILLINI NEWS – China telah meluncurkan penyelidikan terhadap raksasa chip Amerika (AS), Nvidia. Hal ini menyusul dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli yang berlaku di negara Xi Jinping.

Investigasi ini diumumkan setelah Washington memberlakukan pembatasan baru pada industri chip Tiongkok. Tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana Nvidia yang dikenal sebagai pemasok AI dan chip gaming melanggar hukum yang berlaku di China.

Selain itu, Nvidia juga diduga melanggar komitmen yang dibuat saat mengakuisisi perusahaan desain chip Israel Mellanox Technologies pada tahun 2020.

Saham Nvidia turun 2,5% pada penutupan Senin (9/12) waktu setempat. Juru bicara Nvidia mengatakan perusahaan berupaya menawarkan produk terbaik di setiap negara tempat ia beroperasi.

“Kami menghormati komitmen yang kami buat di negara mana pun tempat kami beroperasi. Kami akan dengan senang hati menjawab berbagai pertanyaan dari otoritas pengatur tentang bisnis kami,” demikian pernyataan Nvidia, dikutip Reuters, Selasa (12/10/2024).

Pekan lalu, Amerika Serikat meluncurkan rangkaian pembatasan ketiga terhadap industri semikonduktor Tiongkok. Washington telah melarang ekspor teknologi dari negaranya ke 140 perusahaan, termasuk pembuat chip.

Tiongkok langsung bereaksi dengan memblokir penjualan beberapa mineral penting, seperti galium, germanium, dan antimon, ke Amerika Serikat. Terbaru, China juga melancarkan penyelidikan terhadap bisnis Nvidia di negaranya.

Di saat yang sama, 4 asosiasi industri veteran di Tiongkok juga mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa perusahaan Tiongkok harus berhati-hati dalam membeli chip dari Amerika Serikat karena membahayakan keamanan nasional. Asosiasi tersebut mengimbau perusahaan Tiongkok untuk membeli chip lokal.

Nvidia menjadi salah satu perusahaan yang menjadi “korban” perang dagang yang semakin memanas antara Amerika Serikat dan China. Pada larangan ekspor sebelumnya, AS meminta Nvidia berhenti menjual chip AI tercanggih dan terkini ke China.

Alhasil, Nvidia menciptakan chip versi khusus untuk China, yang sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

“Jelas bahwa pemerintah Tiongkok sedang mencoba untuk melawan larangan AS, namun dampaknya terhadap industri semikonduktor AS kemungkinan akan berkurang seiring berjalannya waktu,” kata analis utama TECHnalysis Research, Bob O’Donnell.

Sebagai referensi, Nvidia mendominasi pasar chip AI di China dengan pangsa pasar 90% sebelum larangan AS. Pasca blokade, terjadi peningkatan daya saing perusahaan lokal, salah satunya Huawei.

Tiongkok menyumbangkan 17% pendapatan Nvidia hingga Januari 2024, turun dari 25% pada dua tahun sebelumnya.

Pada tahun 2020, Nvidia mendapat izin dari pemerintah Tiongkok untuk mengakuisisi Mellanox Technologies, meskipun ada kekhawatiran bahwa Beijing dapat memblokir kesepakatan tersebut karena ketegangan AS-Tiongkok.

Persetujuan Beijing atas akuisisi tersebut datang dengan beberapa syarat untuk Nvidia. Diantaranya adalah pelarangan bundling produknya, serta pelarangan pembatasan pembelian atau perlakuan diskriminatif terhadap konsumen yang membeli produk secara terpisah.

Tiongkok terakhir kali meluncurkan penyelidikan antimonopoli terhadap raksasa teknologi asing pada tahun 2013. Saat itu, Tiongkok sedang menyelidiki anak perusahaan lokal Qualcomm karena diduga menetapkan harga tinggi dan menyalahgunakan posisi dominannya di pasar standar komunikasi nirkabel.

Qualcomm kemudian setuju untuk membayar denda sebesar $975 juta, yang pada saat itu merupakan denda terbesar yang pernah dibayarkan pemerintah Tiongkok kepada sebuah perusahaan. (fab/fab) Simak videonya di bawah ini: Video: RI dapat ‘Gocek’ lagi, Nvidia pilih investasi di Vietnam Artikel selanjutnya Memanas, Ini Taktik Baru China Lumpuhkan Amerika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *