illini news Warga 10 Provinsi Ini Lebih Cepat Mati!

Jakarta ILLINI NEWS – Angka Harapan Hidup (UHH) masyarakat Indonesia mengalami peningkatan pada tahun ini, namun masih belum lengkap karena ada beberapa daerah yang UHHnya di bawah rata-rata.

Angka Harapan Hidup (UHH) di Indonesia pada tahun 2024 adalah 72,39 tahun, meningkat 0,22 tahun atau 0,30%. Pertumbuhan UHH pada tahun 2024 melebihi rata-rata pertumbuhan sebesar 0,25% per tahun pada tahun 2020-2023.

“Pada tahun 2024, UHH meningkat 0,22 tahun atau 0,30 persen dibandingkan tahun sebelumnya, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan 0,25 persen per tahun pada tahun 2020-2023,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (CSTA) Amalia Adininggar Vidyasanti, Jumat (15/11/2024).

Angka harapan hidup merupakan indikator yang menggambarkan rata-rata usia yang diperkirakan akan dicapai seseorang sejak dilahirkan, asalkan kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan tetap stabil sepanjang hidupnya.

UHH mencerminkan kualitas hidup masyarakat suatu daerah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti akses terhadap pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan, pola hidup sehat dan kondisi perekonomian.

Faktanya, secara nasional, pertumbuhan UHH belum terakselerasi secara optimal, terutama di 10 negara bagian yang mencatat nilai UHH di bawah rata-rata:

Dataran Tinggi Papua merupakan provinsi dengan UHH terendah yakni. 64,8 tahun dan Kota Nduga merupakan wilayah dengan angka kematian terendah yaitu. 55,74 tahun.

Rendahnya tingkat UHH di wilayah ini disebabkan oleh rata-rata lama pendidikan yang hanya 4,21 tahun, sehingga sebagian besar penduduknya belum menyelesaikan pendidikan dasar. Keadaan ini dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran akan pentingnya kesehatan.

Selain itu, jumlah tenaga kesehatan gizi yang berjumlah 247 orang saja tidak cukup untuk melayani daerah-daerah yang sulit dijangkau, sementara indeks kedalaman kemiskinan sebesar 6,21% menunjukkan bahwa banyak penduduk yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.

Provinsi dengan UHH rendah lainnya adalah Sulawesi Barat yang memiliki rata-rata usia 66,27 tahun dan minim infrastruktur kesehatan, rendahnya pendidikan gizi, dan pola makan yang tidak diubah.

Rata-rata lama pendidikan di wilayah ini adalah 8,15 tahun, yang menunjukkan bahwa pendidikan sedikit lebih baik dibandingkan di dataran tinggi Papua, namun jumlah tenaga kesehatan gizi yang hanya 362 orang masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat.

Saat itu, Papua Selatan mencatatkan UHH sebesar 66,45 tahun yang dipengaruhi oleh kurangnya tenaga kesehatan gizi dengan pendidikan menengah 8,32 tahun yang jumlahnya hanya 120 orang. Namun indeks kemiskinan yang mencapai 3,71% masih menjadi kendala dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Durasi UHH masing-masing di Maluku dan Papua Tengah adalah 66,99 tahun. Di Maluku, rata-rata lama pendidikan adalah 10,26 tahun dan jumlah tenaga kesehatan di bidang gizi sebanyak 824 orang dinilai cukup, meskipun sebarannya tidak merata. Pada angka 3,10%, kemiskinan masih menjadi masalah.

Tingkat pendidikan yang lebih rendah terdapat di Papua Tengah, dimana rata-rata lama pendidikan hanya 6,12 tahun dan jumlah tenaga kesehatan gizi sangat rendah yaitu 87 orang. Indeks kesenjangan kemiskinan sebesar 5,96% mengganggu akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar.

Papua Barat mencatat UHH 67,05 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 7,86 tahun. Namun jumlah tenaga kesehatan yang berdedikasi di bidang gizi hanya 215 orang dan indeks kemiskinan sebesar 4,35% menjadi kendala besar dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat di wilayah tersebut.

Wilayah Nusa Tenggara juga menghadapi permasalahan serupa. Nusa Tenggara Barat mencatat UHH 67,73 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 7,87 tahun.

Meski jumlah tenaga kesehatan di bidang gizi sebanyak 1.145 orang, namun kendalanya adalah distribusinya yang tidak merata, terutama di perdesaan. Indeks kedalaman kemiskinan di wilayah ini tercatat sebesar 2,44%.

Sedangkan pada UHH 67,99 tahun, Nusa Tenggara Timur memiliki rata-rata masa pelatihan 8,02 tahun dan tenaga kesehatan gizi sebanyak 1.642 orang. Namun indeks kemiskinan sebesar 3,41% masih menghambat peningkatan kualitas hidup masyarakat di wilayah tersebut.

Papua Barat Daya mencatat UHH 67,85 tahun dengan rata-rata lama pendidikan 8,39 tahun. Meskipun terdapat 387 tenaga kesehatan gizi di negara ini, namun distribusi mereka tidak merata, dengan indeks kedalaman kemiskinan sebesar 4,38%, yang mencerminkan kondisi sosial ekonomi yang masih rentan.

Papua mempunyai UHH tertinggi diantara wilayah Papua lainnya yaitu 68,79 tahun. Namun provinsi ini juga memiliki angka kematian bayi tertinggi di Indonesia, yaitu 10,88 per 1.000 kelahiran hidup.

Meskipun rata-rata tingkat pendidikan di Papua adalah 9,82 tahun, namun jumlah tenaga kesehatan gizi hanya 136 orang dan indeks kemiskinan sebesar 4,01% menunjukkan bahwa akses terhadap layanan kesehatan dan kebutuhan dasar masih terbatas.

Secara keseluruhan, rendahnya tingkat UHH di beberapa daerah disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya tenaga kesehatan, dan tingginya tingkat kemiskinan, yang berkontribusi pada terbatasnya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan dan kebutuhan dasar.

INVESTIGASI ILLINI NEWS

(tsn/tsn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *