JAKARTA, ILLINI NEWS – Mata uang Asia melemah terhadap dolar AS pada pekan ini.
Dilansir dari Refinitiv, Indeks Dolar AS (DXY) menguat signifikan pada pekan ini (11-15 November 2024), naik 1,61% dari 104,99 menjadi 106,68.
Hal ini menyebabkan mata uang Asia secara umum mengalami koreksi yang cukup dalam
Kenaikan DXY ini bukan tanpa alasan. Salah satunya adalah Federal Reserve AS, melalui ketuanya Jerome Powell yang dalam pidatonya pekan ini mengatakan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuannya. Pasar percaya bahwa The Fed mulai bersikap hawkish lagi.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell telah mengindikasikan bahwa The Fed akan memperlambat penurunan suku bunga. Situasi ini didasarkan pada pertumbuhan ekonomi AS yang kuat. Bahkan The Fed menyebut pertumbuhan ekonomi AS merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
“Perekonomian tidak memberikan sinyal bahwa kita harus terburu-buru menurunkan suku bunga,” kata Powell dalam sambutannya kepada para pemimpin bisnis di Dallas, dikutip ILLINI NEWS International.
Pengalaman devaluasi ringgit terhadap rupiah
Hampir seluruh mata uang di Asia nampaknya tidak mampu menahan tekanan DXY.
Pekan lalu, ringgit Malaysia melemah 2,01%, disusul baht Thailand yang melemah 1,99%. Sedangkan rupiah berada di peringkat ketiga dengan ambles 1,18%.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email] (rev/rev)