Catatan: Artikel ini merupakan pendapat penulis dan tidak mencerminkan pendapat manajemen illinibasketballhistory.com
Pengadaan beberapa sistem persenjataan MEF 2020-2024 diperkirakan akan selesai pada akhir tahun 2025, dengan banyak kontrak yang kemungkinan akan memasuki tahap perdana pada tahun depan. Proposal pinjaman yang diajukan oleh pemberi pinjaman harus disetujui terlebih dahulu oleh Kementerian Keuangan sebelum penandatanganan perjanjian pinjaman antara pemberi pinjaman dan Kementerian Keuangan.
Selain itu, kehadiran mitra Rupiah Murni dalam APBN Kementerian Pertahanan juga menjadi penentu berakhirnya perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya. Saat ini banyak PSP yang menunggu perpanjangan dari Menteri Keuangan.
Setidaknya ada dua cara untuk memperluas PSP di Kementerian Pertahanan, yaitu melalui Menteri Keuangan saat ini atau melalui Menteri Keuangan baru. Perpanjangan PSP dan Menteri Keuangan baru setelah 20 Oktober 2024 tidak bisa dihindari karena pembangunan TNI periode 2020-2024 akan berakhir pada 31 Desember 2024.
Sebagaimana dijelaskan penulis di atas, terdapat beberapa PSP yang masa berlakunya sudah habis sebelum negosiasi kontrak selesai di Kementerian Pertahanan dan/atau proses negosiasi pinjaman selesai di Kementerian Keuangan.
Diketahui, pemberian pinjaman luar negeri (PLN) pada periode 2020-2024 kepada Kementerian Pertahanan meningkat tiga kali lipat, dari 7,74 miliar dolar AS pada periode 2015-2019 menjadi 25 miliar dolar AS.
Angka US$25 miliar ini juga berasal dari pengurangan pasokan PLN yang hingga Mei 2023 senilai 34,4 miliar. Demikian pula pinjaman dalam negeri (PDN) yang meningkat tiga kali lipat dari Rp15 juta pada 2015-2019 menjadi Rp45,1 juta pada 2020-2024.
Yang kita nantikan tahun depan adalah informasi pengenalan PLN dan PDN Kementerian Pertahanan yang disediakan Kementerian Keuangan. Sebab selama ini salah satu hal yang menjadi kekhawatiran Kementerian Keuangan dalam penambahan PLN dan PDN adalah kapasitas Kementerian Pertahanan.
Meningkatnya penggunaan PDN dapat dijelaskan sebagai upaya pemerintah untuk mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan sandang dalam negeri, yang hasilnya adalah meningkatkan kapasitas industri pertahanan negara.
Namun, terdapat kritik terhadap sektor pertahanan yang mengatakan bahwa sebagian besar kontrak yang didanai oleh PDN diberikan kepada lembaga pemerintah dan hanya sedikit yang diberikan kepada perusahaan swasta. PDNnya sendiri berasal dari banyak bank nasional, khususnya bank-bank BUMN.
Selama ini PDN yang diberikan kepada TNI banyak digunakan untuk pembelian amunisi berbagai kaliber, senjata panjang, amunisi, peralatan optik, kendaraan lapis baja, serta perbaikan pesawat dan helikopter.
PDN TNI Angkatan Laut digunakan untuk pembelian artileri kaliber kecil, senjata jarak jauh, kapal selam, dan kapal patroli. Sementara itu, TNI AU menggunakan dana PDN untuk memelihara berbagai helikopter dan helikopter beserta sistemnya, artileri kaliber kecil, dan berbagai kendaraan taktis di Kopasgat.
Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI juga menerima bantuan PDN seperti pembelian peluncur roket R-Han 122 mm dan Kementerian Pertahanan serta senjata laras panjang, amunisi kaliber kecil, dan kendaraan taktis untuk Mabes TNI.
Seperti yang penulis sebutkan di atas, anggaran PLN untuk pembangunan TNI pada periode 2025-2029 diperkirakan berkisar antara 25 miliar hingga 35 miliar dollar AS. Lalu bagaimana dengan PDN di salah satu bagian Kementerian Pertahanan?
Akankah nilai PDN mencapai Rp 55 triliun saat itu? Kita berharap seluruh gagasan tersebut dapat terjawab pada triwulan I tahun 2025 ketika Kementerian PPN/Bappenas bersama-sama menerbitkan Daftar Program Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLN-JM) 2025-2029 dan Rencana Aksi Pinjaman untuk Pembangunan Nasional. rumah (DKPDN) 2025-2029.
Terkait DKPDN 2025-2029, tampaknya Kementerian Pertahanan menggunakan program PDN sebagai bagian dari pemutakhiran DSME 209/1400. Sebelumnya ada usulan agar program upgrade kapal selam MEF 2020-2025 Korea Selatan didanai PLN, namun tidak disetujui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
Kemungkinan rencananya akan menggunakan PDN untuk mengkonversi kapal selam tersebut karena prosesnya lebih cepat dan mudah dibandingkan rencana PLN. Namun di sisi lain, belum diketahui berapa besaran dana PDN yang akan disalurkan ke dalam negeri mengingat sebagian anggarannya harus ke luar negeri untuk membeli berbagai sumber daya air.
Program pembaruan kapal DSME 209/1400 diperkirakan menelan biaya sekitar $200 juta – $3,1 juta $0,000,000,000,000,000 00,000) telah selesai.
Peningkatan kemampuan tersebut dikatakan terkait dengan desain, berbagai sistem seperti sistem panduan tempur, dan perubahan perawatan kapal. Mengingat besarnya anggaran yang dibutuhkan, jelas bahwa pendanaan untuk proyek ini diminta melalui program PDN, bukan PLN.
Kendala dalam pelaksanaan program review DSME 209/1400 diantaranya adalah kemampuan melakukan analisis kausal, dimana diperlukan analisis yang berorientasi pada tujuan untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada serta menentukan solusi yang akan diambil. dilaksanakan.
Analisis faktor-faktor yang harus dilakukan secara internal oleh industri kapal selam ditentukan oleh Kementerian Pertahanan sebagai proyek program ini dan tidak berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak ketiga.
Dengan menganalisis situasi sebenarnya, kontraktor dapat mengidentifikasi seluruh permasalahan yang mempengaruhi kinerja tiga sistem pengairan di Korea Selatan yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun. Faktanya, masih terdapat penyangkalan terhadap sifat ketiga kapal multi pihak Indonesia tersebut, sehingga analisis penyebab utamanya sebaiknya dilakukan oleh Perusahaan Kapal TNI Angkatan Laut yang ditunjuk Kementerian Pertahanan sebagai kontraktor.
Setidaknya ada dua meter air yang menunjukkan minat terhadap program pembaharuan DSME 209/1400. Salah satunya adalah Naval Group yang telah melakukan penelitian kualitas air selama beberapa bulan.
Galangan kapal Perancis tampak yakin mampu melakukan pekerjaan renovasi sekaligus meningkatkan kemampuan kapal selam yang banyak mengalami kendala kesiapan operasional sejak diserahkan kepada TNI Angkatan Laut.
Tawaran Naval Group untuk kontrak Kementerian Pertahanan nampaknya berkaitan erat dengan kontrak dua kapal selam Scorpene Evolved yang akan dibangun di Indonesia, dimana Naval Group ingin memperkuat pasarnya di Indonesia. (miq/miq)