JAKARTA, ILLINI NEWS – Jumlah kelas menengah di Indonesia terus menyusut selama lima tahun terakhir, hal tersebut terkonfirmasi. Banyak dari mereka yang putus sekolah, menyebabkan peningkatan tajam jumlah orang yang terkena dampak kemiskinan.
Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kelas menengah Indonesia berjumlah 57,33 juta jiwa atau 21,45 persen dari total penduduk pada tahun 2019. Kemudian pada tahun 2024 hanya berjumlah 47,85 juta orang atau 17,13%. Artinya, ada 9,48 juta warga kelas menengah yang putus sekolah.
Menteri Keuangan Sri Muliani Indrawati mengatakan penurunan kelas menengah umumnya disebabkan oleh inflasi. Dengan inflasi yang tinggi maka garis kemiskinan pun naik dan otomatis kelompok ini tiba-tiba terjerumus ke bawah. Kemudian, terkait PHK, dia mengaku pemerintah masih mendengarkan kondisi tersebut.
“Misalnya ada PHK di satu tempat, tapi lapangan kerja tercipta di tempat lain,” ujarnya. Menurut statistik, lebih dari 11 juta orang, pekerja baru atau peluang kerja baru telah tercipta dalam 3 tahun terakhir. dikatakan.
Oleh karena itu, ia berpendapat semua aspek harus diperhatikan secara keseluruhan. Misalnya, jika saat ini terdapat banyak investasi asing yang masuk ke sektor hilir, kemungkinan besar terdapat peluang kerja di sektor ini. Hal berbeda terjadi pada industri padat karya seperti alas kaki, tekstil, dan pakaian jadi yang dulunya merupakan sektor pencipta lapangan kerja.
“Hal lainnya adalah terciptanya lapangan kerja baru karena sektor digital,” imbuhnya. Seperti Gojek dkk., hal ini muncul sebagai penyebab fenomenologis. Jadi kami ingin melihat perekonomian Indonesia berubah karena berbagai faktor.”
Selain itu, baik karena perubahan teknologi maupun struktur ekonomi, kelompok paling rentan masih memerlukan perhatian.
“Kami akan terus berhati-hati agar kelompok paling rentan mendapatkan dukungan, baik dalam bentuk bantuan sosial maupun pelatihan, sekaligus memperbaiki iklim investasi dan menciptakan lapangan kerja baru,” tambahnya.
.