Jakarta, ILLINI NEWS
Mulyani mengatakan perlambatan ekonomi dan pengangguran menyebabkan Federal Reserve Amerika Serikat memangkas suku bunganya (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 50 basis poin (bps) dari 4,75% menjadi 50%. Pada bulan September 2024.
Bank Sentral Eropa (ECB) juga memangkas suku bunganya pada bulan September setelah pemotongan pada bulan Juni 2024. Sementara itu di Asia, rendahnya inflasi dan lemah atau lemahnya permintaan domestik di Tiongkok (RRT) mengurangi dukungan terhadap PBOC.
“Jadi kalau dilihat dari tiga mitra besarnya, AS sudah memangkas suku bunganya sebesar 50bps, yang kedua kalinya sejak Juni di bulan September, Eropa dan Tiongkok juga sudah memangkas suku bunganya,” kata Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). ). . , Jumat (18/10/2024).
Menurut Mulyani, berbagai perkembangan tersebut akan mengurangi ketidakpastian di pasar keuangan global karena meningkatnya investasi asing karena ketakutan akan berakhirnya inflasi jangka panjang (kebijakan moneter yang ketat). Hal ini karena suku bunga rendah di negara-negara besar, sehingga modal mengalir kembali ke pasar negara berkembang.
“Termasuk masuk ke Indonesia,” kata Mulyani.
Namun, ia juga memperingatkan risiko pasar keuangan global akan menghadapi ketidakpastian baru yang berasal dari konflik Israel-Palestina dan serangan terhadap Lebanon pada bulan Oktober serta konfrontasi langsung dengan Iran. (fsd/fsd) TONTON VIDEO DI BAWAH: Isu Suku Bunga Masih Berlarut-larut hingga Pak Mulyani Jadi Menkeu, IHSG dan Rupee Menguat, Bos BNI Bereaksi