berita aktual Jokowi, Sri Mulyani & Airlangga Soroti Badai PHK di Indonesia

JAKARTA, ILLINI NEWS – Menteri Keuangan Bapak Mulyani Indrawati membeberkan peningkatan jumlah pengangguran (PHK) di Tanah Air. Menurut dia, lapangan kerja baru terus dibuka.

“Di satu tempat ada lapangan kerja, namun di tempat lain justru tercipta lapangan kerja. Menurut statistik, lebih dari 110 juta angkatan kerja baru atau peluang kerja baru telah tercipta dalam 3 tahun terakhir,” kata Mulyani di Kementerian Ketenagakerjaan. Keuangan. . Kantor, dikutip Senin (7/10/2024).

Oleh karena itu, ia berpendapat seluruh aspek harus dilihat secara keseluruhan. Misalnya, jika terdapat banyak investasi asing di sektor hilir, maka terdapat peluang kerja di sektor tersebut. Kondisi berbeda terjadi pada industri padat karya seperti alas kaki, pakaian, dan tekstil, yang sebelumnya merupakan sektor yang menciptakan lapangan kerja.

Hal lainnya adalah munculnya lapangan kerja baru karena sektor digital. Seperti halnya Gojek dan lainnya, hal ini muncul sebagai suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka kita harus melihat perubahan perekonomian Indonesia karena berbagai faktor, tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Perekonomian dan Pj Menteri Tenaga Kerja Airlanga Hartarto menduga jumlah PHK semakin meningkat. Pasalnya, kata dia, tingkat klaim uang jaminan kehilangan pekerjaan (JPK) relatif kecil.

“Dari dana sekitar Rp 1,2 triliun, penggunaannya masih sangat kecil,” kata Airlangga di kantornya, Jakarta, Kamis (3/9/2024).

Dia mengatakan klaim kecil itu membuatnya skeptis terhadap data yang beredar di masyarakat. Ia juga mengatakan, jumlah pembatalan layanan relatif rendah.

Ia berkata, “Karena jumlah PHK di departemen relatif rendah dibandingkan dengan apa yang terjadi di masyarakat, maka hal ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakat.”

Sebelumnya, jumlah orang hilang pada periode Januari hingga September 2024 diperkirakan mencapai 53 ribu orang. Banyaknya korban PHK membuat Airlanga Hartarto yang kini menjabat Plt Menteri Ketenagakerjaan menelepon Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan.

Susiwijono, Sekretaris Kementerian Keuangan Kementerian Koordinator, baru-baru ini menginformasikan bahwa statistik 46.000 orang yang diberhentikan sejak Agustus 2024 telah diterima dari Kementerian Ketenagakerjaan. , sedangkan data bulan September belum dilaporkan. Jadi bulan Agustus 46 ribu, kita panggil saja semuanya, mereka (Kemenaker) masih verifikasi ulang, kata Susiwijono di kantornya, Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Namun dibandingkan tahun lalu yang berjumlah 64.000 orang, Susiwizono mengatakan angka tahun ini memang akan meningkat. Pemerintah kini telah membuat strategi untuk membantu mereka.

“Intinya akan ada sedikit peningkatan. Jadi kita ke depan hari ini, sebenarnya banyak hal yang kita evaluasi terkait stimulus tersebut,” kata Sucivizono.

Acara penghentian tersebut jelas pernah diutarakan Presiden Jokowi satu kali. Saat itu, ia menghadiri Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Hotel Alila Kota Solo.

Jokowi mengungkapkan dampak ancaman tersebut bisa mengakibatkan hilangnya 85 juta lapangan kerja. Faktanya, Indonesia kini menyambut bonus demografi tahun 2030 yang membutuhkan lapangan kerja sebanyak-banyaknya.

Menurut dia, ada tiga penyebab utama penembakan tersebut. Faktor pertama adalah perlambatan ekonomi global.

Kedua, peningkatan otomasi di berbagai bidang kerja, seperti munculnya AI atau otomasi analitik. Teknologi ini mengancam hilangnya kesempatan kerja. Faktor ketiga adalah gig economy atau ekonomi kerja sambilan, meminjam istilah dari Jokowi.

Gig economy membuat banyak perusahaan memprioritaskan pekerja lepas atau paruh waktu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi beban dan risiko keuangan.

“Hati-hati dengan ini, perekonomian informal, perekonomian paruh waktu. Kalau tidak dikelola dengan baik maka akan menjadi tren. Perusahaan akan memilih pekerja lepas, pekerja lepas, dan kontrak jangka pendek untuk mengurangi risiko ketidakpastian global. ” Dia menekankan. (haa/haa) Tonton video di bawah ini: Video: Ultimatum RI UE soal belum tuntasnya pembicaraan IEU-CEPA Artikel selanjutnya Perekonomian RI baik-baik saja: penutupan pabrik, PHK meluas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *