Catatan: Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan dewan redaksi illinibasketballhistory.com.
Dalam serangkaian acara, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan peningkatan impor minyak akan menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam lima tahun ke depan. Bahlil mengatakan Indonesia tidak bisa berbicara tentang kedaulatan, ketahanan, dan kemandirian energi jika tidak bisa mengatasi permasalahan transportasi.
Komitmen pemerintah untuk mengimpor minyak tidak lepas dari defisit neraca minyak yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan impor untuk mengkompensasi hilangnya konsumsi minyak dalam negeri kini mencapai satu juta barel per hari. Jika permasalahan transportasi minyak dalam negeri tidak segera diatasi, maka kerugian dan nilai impor minyak kemungkinan akan semakin meningkat. Peningkatan konsumsi minyak berperan penting dalam pelaksanaan program penting pemerintah Asta Sita dan Prabowo-Gibran. Minyak dan gas bumi, termasuk minyak bumi, akan menempati posisi yang strategis, terutama dalam kaitannya dengan menjamin ketahanan energi yang merupakan tujuan pertama dari 17 program prioritas.
Peningkatan impor minyak memegang peranan penting dalam menjamin ketahanan energi yang menjadi pilar pertama pelaksanaan Asta Sita dan rencana prioritas Pemerintahan Prabowo-Gibran.
Melihat kondisi bauran energi tanah air saat ini yang masih bergantung pada bahan bakar fosil, maka ketersediaan dan stabilitas pasokan minyak akan menjadi andalan dalam upaya mencapai beberapa tujuan ekonomi dan sosial yang diusung Altan Indonesia di Liga Indonesia hingga tahun 2045.
Kebijakan dan upaya untuk meningkatkan produksi minyak negara tidak akan mudah. Sebab, berdasarkan data, sekitar 70% wilayah penghasil (WK) migas Indonesia mengalami penurunan produksi secara alami.
Sekitar 52% wilayah produksi migas Indonesia merupakan wilayah matang yang memerlukan perawatan khusus. Ada 36 GB yang memproduksi minyak dan gas bumi berusia antara 25 hingga 50 tahun, dan 4 GB dengan usia lebih dari 50 tahun. Hal inilah yang menyebabkan produksi minyak Indonesia mengalami penurunan sekitar 31% dalam satu dekade terakhir.
Apapun strategi dan pilihan kebijakan yang diambil pemerintah, Pertamina akan tetap menempati posisi penting dan berperan penting dalam mencapai tujuan ekspor minyak negara.
Berdasarkan data, pada tahun 2023, sektor pengangkutan minyak Pertamina akan mencapai 70% dari total pengangkutan minyak tanah air. Saat itu, produksi minyak Pertamina sebesar 566.000 barel per hari. Lebih dari 415.000 barel produksi dalam negeri dan 151.000 barel produksi internasional per hari.
Dibandingkan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKCS) lainnya, Pertamina termasuk salah satu KKCS yang paling maju dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan produksi minyak dalam negeri. Hal ini tercermin dari rasio investasi dan aktivitas teknologi operasional perusahaan dalam beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan informasi dan data, sekitar 60% modal kerja (Capex) Pertamina akan dialokasikan ke sektor migas pada tahun 2023. 799 sumur dibor, 835 proyek rehabilitasi dan 32.589 sumur dihabiskan untuk dana ini. Seluruh kegiatan tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2022.
Alokasi modal dan peningkatan operasional dilaporkan memberikan hasil positif bagi perusahaan. Berkat banyaknya operasi yang dilakukan, Pertamina berhasil menurunkan kadar minyak dari 19% menjadi 2%.
Ada pula informasi bahwa kemajuan pekerjaan pada tahun 2023 akan berdampak positif terhadap APBN. Kontribusi Pertamina terhadap kas negara pada tahun 2023 dilaporkan mencapai Rp109,83 triliun yang terbagi atas pembayaran pajak sebesar Rp45,76 triliun dan pembayaran PNBP sebesar Rp64,07 triliun.
Dilihat dari keadaan dan kondisi industri migas tanah air, hanya ada sedikit kebijakan dan pilihan strategis untuk meningkatkan produksi minyak tanah air dalam jangka pendek, selain mengandalkan Pertamina. Meskipun kebijakan peningkatan produksi dengan mengaktifkan kembali sumur-sumur tua dan sumur-sumur tidak aktif tampak menjanjikan, namun proyek tersebut kemungkinan besar akan menghadapi kesulitan ekonomi.
Menurut survei pemerintah, dari 16.990 sumur menganggur, sekitar 4.500 hingga 6.000 merupakan sumur menganggur yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi minyak negara. Insentif optimasi sumur tambahan diharapkan mencapai sekitar 20.000 barel per hari.
Namun, yang harus diperhatikan dalam upaya negara untuk meningkatkan produksi dan transportasi minyak melalui sumur-sumur menganggur tidak hanya bersifat teknis tetapi juga komersial.
Jika dilihat dari segi teknis saja, upaya untuk meningkatkan produksi minyak dengan memperbanyak sumur-sumur yang menganggur sangat mungkin dilakukan, namun dari segi komersial hal ini tidak selalu dapat dilakukan, karena biaya produksi lebih tinggi dibandingkan harga jual minyak. minyak. telah pergi di pasar.
Tantangan utama bagi kita semua, khususnya pemerintah, adalah mengembangkan kebijakan yang tidak hanya memungkinkan teknologi produksi, namun juga top view dan perhitungan ribuan sumur menganggur di berbagai daerah. harga minyak dan gas. (mikrofon/mikrofon)