Jakarta, ILLINI NEWS – Presiden Prabowo Subianto menanggapi sejumlah kritik, terutama mengingat banyaknya menteri di kotak merah putih. Jumlah menteri pada pemerintahannya mencapai 48 orang, lebih banyak dibandingkan jumlah menteri pada Kabinet Indonesia Luas di bawah pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo.
“Saudara-saudara, jumlah anggota kabinet kita ada 48 perwira.” Tubuh mereka juga sangat bugar. Ini memang lebih banyak dibandingkan pemerintahan sebelumnya,” kata Prabowo pada rapat paripurna kabinet pertama di Istana Negara, Kamis (24/10/2024).
Ia sendiri mengakui bahwa ukuran kotak tersebut cukup besar. Namun, menurutnya jumlah tersebut wajar karena Indonesia merupakan negara besar yang luasnya setara dengan benua Eropa. Menurut Badan Informasi Geospasial (BIG), luas daratan Indonesia sendiri adalah 1,92 juta km2 dan luas lautannya 3,25 juta km2, sedangkan luas Eropa adalah 10,9 juta km2.
Dari wilayah ini, Uni Eropa mempunyai 27 negara anggota. Menurut Prabowo, Menteri Keuangan ada 27 orang, Menteri Pertahanan 27 orang, dan Menteri Dalam Negeri 27 orang di Eropa. Tidak, menurutnya, tidak mengherankan jika Indonesia yang memiliki 13.466 pulau memiliki jumlah menteri yang banyak.
Di sisi lain, ia menilai sistem demokrasi yang dipilih sebagai sistem politik di Indonesia mengharuskan pemerintah melibatkan banyak elemen. Berbeda dengan sistem politik otoritas politik yang hanya memerlukan segelintir orang saja untuk menjalankan negara.
“Kita juga sudah memilih sistem politik yang demokratis. Kalau kita negara yang berdaulat, mungkin kita bisa mengatur segalanya dengan jumlah penduduk yang sedikit. kita tidak bekerja karena pilihan,” tegas Prabowo.
Oleh karena itu, mereka menegaskan, pemerintah harus bekerja secara efektif dengan pejabat dalam jumlah besar. Hal ini mencakup perampingan birokrasi dan pemotongan biaya-biaya pemerintah yang tidak diperlukan seperti seminar dan perjalanan dinas.
“Kita harus memimpin dengan memberi contoh, fokus kita pada pembangunan ekonomi untuk kesehatan masyarakat. Jangan studi banding untuk mempelajari penjelajah di negara lain, saya minta efisiensi,” ujarnya.
Namun, banyak ekonom percaya bahwa jumlah kabinet yang banyak secara otomatis akan membuat pemerintahan tidak berguna dan secara umum tidak akan menghasilkan pemerintahan yang fleksibel. Salah satu yang maju adalah ekonom senior dan salah satu pendiri Indef Fadhil Hasan.
Namun, Prabowo ingin bergerak cepat dalam melaksanakan berbagai program dan visinya, kata Fadhil dalam debat Indef, dilansir Rabu (23/10/2024).
Fadhil menilai meja yang besar ini bisa menimbulkan kendala koordinasi. Menurut dia, belajar dari presiden-presiden sebelumnya, yang terpenting adalah koordinasi sistem dan pelaksanaan program.
“Dengan kabinet yang sangat padat dibandingkan koordinasi antar menteri dan departemen yang berbeda,” koordinasi mungkin akan sulit dilakukan. Siapa yang bertanggung jawab, dan akan ditempatkan di atas satu sama lain,” ujarnya.
Senada dengan itu, ekonom senior Indef Didin S. Damankhuri yakin bahwa kebijakan yang terlalu besar akan menciptakan banyak tantangan koordinasi. Ia yakin, ada kemungkinan Prabowo akan memecahkan kabinet pada tahun depan.
“Tidak menutup kemungkinan kabinet akan direview ke depan jika diperkirakan target pertumbuhan ekonomi 8% tidak tercapai,” ujarnya.
Simak di Bawah ini: Simak: Kabinet “Gemoy” Prabowo, Anggaran Cukup? Artikel selanjutnya Disebutkan, Prabowo akan mengumumkan nama kabinet pada 20 Oktober 2024