Jakarta, ILLINI NEWS – Nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perekonomian Indonesia yang tidak sesuai ekspektasi dan data AS yang tampak membaik.
Rupiah dibuka melemah 0,22% pada Rp 15.765/USD pada Rabu (11/6/2024), Refinitiv melaporkan Rp 15.820/USD.
Sedangkan pada pukul 08:55 WIB, indeks DXY menguat 0,75% ke 104,19. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin sebesar 103,42.
Sepanjang hari, nilai tukar rupiah tampak berada dalam tekanan yang berat, dengan data pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2024 yang jauh di bawah ekspektasi pasar.
Kemarin, BPS merilis data PDB Indonesia yang tumbuh hanya 4,95% year-on-year dan hanya 1,5% quarter-on-quarter.
Pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah ekspektasi pasar akan membuat pelaku pasar pesimistis karena menandakan perekonomian Indonesia sedang kurang baik.
Selain itu, secara lahiriah, tampaknya ada perbaikan di AS, terutama dalam hal PMI non-manufaktur.
Institute for Supply Management (ISM) merilis data jasa yang menunjukkan pertumbuhan tak terduga pada bulan Oktober, mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
PMI non-manufaktur, yang merupakan ukuran sektor jasa, naik menjadi 56 pada bulan lalu, yang merupakan level tertinggi sejak Agustus 2022, dari 54,9 pada bulan sebelumnya dan di atas angka 53 yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters8, menurut Institute for Supply Pengelolaan.
Kedua perasaan ini dapat menyebabkan uang asing (hot money) keluar dari negaranya dan masuk ke pasar keuangan AS untuk sementara waktu.
Pencarian ILLINI NEWS (rev/rev) Simak videonya di bawah ini: Video: Rupiah Terus Melemah, Pasar Waspadai Artikel Berikutnya Rupiah Melemah, Dolar Tembus Rp 16.300