Batavia, ILLINI NEWS – Pemerintah resmi akan menetapkan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 12% sebagai besaran yang sesuai untuk pertumbuhan penerimaan negara. Agar kebijakan ini pro-sosial, banyak insentif yang dirancang untuk melindungi daya beli kelompok berpenghasilan rendah dan mendukung sektor produktif, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan sektor padat karya
Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Pardade menjelaskan rencana strategis pemerintah tersebut dilaksanakan di tengah pemulihan ekonomi pascapandemi. “Kebijakan ini kondusif untuk meningkatkan akses keuangan, sekaligus bentuk pembelian stimulus efektif dalam memberdayakan masyarakat paling rentan. Pemerintah juga memastikan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, pendidikan, dan transportasi umum bebas PPN,” Senin (). 23/12/2024) dijelaskan.
Joshua mengatakan reformasi ini berpotensi membantu pekerja di sektor intensif energi, industri otomotif, dan barang melalui penerapan program PPN (DTP) yang dibuat pemerintah. “Proyek ini akan menciptakan tambahan permintaan pada sektor-sektor tersebut. Pemerintah juga telah menyatakan komitmennya untuk mendukung sektor padat karya, memberikan dukungan dan minat” Pasal 21 untuk mendorong pekerja di sektor ini, katanya.
Selain itu, PPN pemerintah terhadap usaha kecil dan menengah akan turun di bawah Rp 4,8 miliar, sebagai langkah nyata mendorong pertumbuhan UMKM. Secara keseluruhan, kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat industri ekspor dan menciptakan lapangan kerja baru. “Melalui insentif yang tepat sasaran, PPN sendiri tidak hanya membantu sektor produktif seperti UMKM dan industri prioritas, tetapi juga memperkuat fondasi perekonomian nasional,” imbuhnya.
Dalam konteks persaingan global, proyek ini dapat menjadi peluang untuk memperkuat struktur perekonomian Indonesia. Melalui penerapan PPN secara selektif, seperti pemberian insentif yang tepat sasaran pada barang dan jasa mewah serta sektor manufaktur, Indonesia mempunyai peluang untuk memperkuat basis perekonomiannya. “Usulan PPN 12% ini merupakan potensi peningkatan penerimaan negara dan penguatan perekonomian jika dibarengi dengan insentif yang tepat,” ujarnya.
Untuk meningkatkan potensi tersebut, langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain pengembangan energi bernilai tambah melalui hilir, mendorong investasi ramah lingkungan seperti kendaraan listrik, dan memperkuat integrasi UMKM ke dalam rantai pasok global. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. “Namun, pemerintah harus fokus pada mitigasi risiko pemberdayaan dan pemberdayaan UMKM melalui program yang sukses,” ujarnya.
Sementara itu, Benny Sofemi, salah satu pendiri Growing Sense (TMB), telah melakukan analisis mikro yang hebat. Menurut dia, tarif PPN dinaikkan dari 11% menjadi 12% melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan. “PPN akan mendongkrak upaya negara dalam menghasilkan pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan program pemerintah lainnya,” kata Benni.
Menurut Beni, meski memiliki niat positif, pemerintah perlu mencermati situasi saat ini, terutama dengan memantau kemampuan masyarakat menengah ke bawah dalam meraih kekuasaan. Karena sangat menentukan pertumbuhan ekonomi, maka harus dijaga pada angka 5%, dimana jika melihat pertumbuhan ekonomi tahun 2024, ada indikasi tren penurunan. Oleh karena itu, Benny memandang perlunya masyarakat mempersiapkan diri menghadapi dampak reformasi PPN.
Tantangan terbesarnya adalah pada tiga bulan pertama masa transisi, dimana harga barang mengalami kenaikan. Stimulus pemerintah sangat penting saat ini, ujarnya. Selain itu, menurutnya, perusahaan perlu memperkuat literasi keuangan dengan memprioritaskan pengeluaran yang besar dan mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan. “Masyarakat juga perlu mencermati pertumbuhan pendapatan, seperti pelatihan keterampilan yang dapat meningkatkan stabilitas keuangan,” ujarnya.
Menurut Beni, kenaikan PPN memang dapat mempengaruhi pola investasi dan potensi perolehan orang, yang berdampak pada proses deklarasi, indeks kekuatan, dan tempat pergerakan keuangan negara. Untuk memitigasi dampak tersebut, ia mendesak pemerintah menjaga stabilitas dalam negeri dengan menerapkan kebijakan yang terukur. “Termasuk subsidi langsung kepada kelompok berpendapatan rendah. Jika dikelola dengan baik, uang yang dipungut dari PPN dapat mendorong pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Meski demikian, Benny menilai situasi ini penting bagi masyarakat, khususnya pelaku investasi, untuk menyusun strategi yang lebih menguntungkan. Masyarakat dapat meningkatkan pengelolaan keuangan dan menemukan peluang untuk mendiversifikasi pendapatan, sekaligus menyarankan investor untuk menyesuaikan strategi dengan profil risiko masing-masing. “Bagi investor dengan profil risiko tinggi, kondisi mata uang memberikan peluang yang menguntungkan, seperti membeli saham dengan harga yang relatif murah. Sementara itu, obligasi dapat menjadi pilihan terbaik bagi mereka yang lebih konservatif. Dengan langkah strategis yang tepat, perubahan tersebut diharapkan dapat memberikan solusi. manfaat jangka panjang,” kata Benny Ada Penjelasan AAUI! Artikel selanjutnya Adipati Garuda jelas mengisyaratkan akan segera bangkit