JAKARTA, ILLINI NEWS – Uni Emirat Arab (UEA) adalah salah satu negara dengan pertumbuhan kekayaan tercepat di dunia, meskipun biaya hidup membebani sebagian besar perekonomian global. Alih-alih menghemat uang, permintaan orang kaya untuk terbang dengan jet pribadi dan mewah malah meroket.
Lilit Avetican, CEO dan pendiri perusahaan jet pribadi Voix, mengungkapkan bahwa terbang dengan jet pribadi mewah adalah “perjalanan normal” bagi warga negara UEA. Faktanya, beberapa penumpang meminta tambahan untuk perjalanan mereka, seperti tempat tidur berkualitas lebih tinggi dan McDonald’s dan KFC pada menu dalam penerbangan.
“Ke mana pun dan ke mana pun Anda terbang, McDonald’s dan KFC harus ada di pesawat. Keduanya harus ada di sana,” kata Avetikian seperti dikutip CNN International, Selasa (8/10/2024).
Bagi veteran industri penerbangan swasta yang berbasis di Dubai, memenuhi kebutuhan unik klien yang sangat kaya adalah bagian dari layanan gaya hidup mewah ‘360 derajat’ yang ditawarkan, baik itu makanan cepat saji mewah, tiket Oscar, atau “misteri”. paket liburan
Dari segi biaya, biaya perjalanan jet pribadi antara U$50 ribu hingga lebih dari US$200 ribu atau sekitar Rp782,4 juta hingga Rp3,1 miliar untuk sekali perjalanan (nilai tukar rata-rata Rp15.548/US$).
Sebagai broker penerbangan charter pribadi premium, Voix menawarkan akses jaringan ke lebih dari 20.000 pesawat di seluruh dunia yang dapat dihubungi dan siap terbang dalam hitungan jam.
“Sebenarnya ada dua lantai super eksklusif yang memiliki akses sangat istimewa, hanya diperuntukkan bagi individu dengan kekayaan bersih seperti bangsawan atau pemerintah. Itu seperti desa kecil di udara,” kata Avetikian. Dubai akan menjadi surga bagi orang kaya
Dubai rupanya menarik banyak minat kalangan kaya untuk pindah dan tinggal di sana. Sekitar 6.700 jutawan diperkirakan akan pindah ke UEA pada tahun 2024, menurut Henley and Partners. Selain itu, jumlah jutawan di Dubai diproyeksikan meningkat hampir 150 persen pada tahun 2040.
Sekadar informasi, centi-jutawan adalah istilah untuk orang yang memiliki aset yang dapat diinvestasikan sebesar $100 juta atau lebih. Sedangkan US$100 juta kira-kira setara dengan Rp1,5 triliun.
Dalam Laporan Migrasi Kekayaan Swasta tahun 2024, masuknya jutawan dari India, Timur Tengah, Rusia, Afrika, Inggris, dan Eropa berarti bahwa UEA mampu menarik jutawan hampir dua kali lebih banyak dibandingkan saingan terdekatnya, Amerika Serikat. (KITA). )
Konsultan real estate, Knight Frank mengungkapkan Dubai saat ini menjadi pasar tersibuk di dunia dengan nilai lebih dari $10 juta atau sekitar Rp156,4 miliar.
“Selama 50 tahun terakhir, Dubai telah membangun reputasi sebagai pusat kemewahan global. Kini, orang-orang terkaya di dunia secara aktif menargetkan rumah-rumah termahal di Dubai,” kata Faisal Durrani, kepala penelitian, Knight Frank Middle East.
Bukan hanya properti, Creative Zone mengungkapkan bahwa pasar jet pribadi di Timur Tengah, senilai $566 juta, diperkirakan akan tumbuh hingga $943 juta pada tahun 2029.
Meskipun jumlah penerbangan pribadi di Eropa dan AS tinggi, tingkat pertumbuhan di Timur Tengah dan pasar negara berkembang, seperti India, tidak ada bandingannya, kata Youssef Moallem, wakil presiden eksekutif internasional di perusahaan penerbangan swasta global Vista.
Mouallem mengatakan UEA menyumbang 59 persen pertumbuhan industri penerbangan swasta di kawasan, namun UEA bukan satu-satunya yang mengalami pertumbuhan besar.
Arab Saudi dilaporkan sedang membangun enam hingga delapan terminal bandara baru yang secara eksklusif akan melayani jet pribadi. Sharjah, emirat tetangga Dubai, dikatakan memiliki hanggar seluas 14.000 meter persegi dan terminal “VVIP”. Sementara grup layanan penerbangan komersial Gamma Aviation mengumumkan akan menyuntikkan $100 juta ke fasilitas baru di Bandara Internasional Sharjah untuk mengurangi emisi karbon global, berikut adalah bukti.
Di balik meningkatnya minat terhadap jet pribadi, ternyata banyak negara yang menentang gaya hidup mewah karena dapat menyumbang tiga persen emisi karbon global.
Federasi Transportasi dan Lingkungan Eropa mengatakan jet pribadi rata-rata 10 kali lebih banyak menghasilkan karbon dibandingkan pesawat terbang dan 50 kali lebih banyak menghasilkan polusi dibandingkan kereta api.
Moallem mengatakan industri penerbangan swasta sudah terbiasa dengan “berbagai perubahan di dunia, termasuk larangan penerbangan swasta”. Dia menekankan bahwa fokusnya bukan pada pelarangan penerbangan, namun pada memastikan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) yang lebih besar.
Bahan bakar penerbangan berkelanjutan diklaim dapat mengurangi emisi CO2 hingga 80 persen dan dapat diproduksi dari berbagai bahan baku berkelanjutan, seperti lemak hewani, minyak, limbah rumah tangga, dan tanaman.
Avetikian mengatakan pengguna jet pribadi tidak perlu merasa bersalah atas dampak lingkungan dari penerbangan pribadi.
“Saya tidak ingin meminta maaf,” kata Avetikian.
“Saya benar-benar berbicara mewakili klien saya. Mereka tidak boleh merasa bersalah dan mereka memang pantas terbang dengan pesawat pribadi,” lanjutnya. (rns/rns) Tonton video di bawah ini: Video: Perle Resto & Cafe, Tingkatkan Pengalaman Kuliner Indonesia Anda! Artikel selanjutnya Nasib kelas menengah Indonesia memprihatinkan, yang kaya semakin kaya