illini news Tanaman Asli RI Diburu Dunia, Disebut di Al-Quran & Dipakai Firaun

Jakarta, ILLINI NEWS – Sepertinya tanaman kapur barus menjadi favorit baru masyarakat Indonesia. Padahal, tanaman yang bernama latin Dryobalanopsaromatica ini memiliki tempat penting dalam berbagai budaya.

Misalnya saja dalam Islam, kapur barus atau kapur barus (camphor) disebutkan dalam kitab suci Al-Quran, tepatnya pada ayat 5 surat al-Insan. Surat tersebut berisi janji Allah bahwa “Orang-orang yang beramal shaleh akan minum dari cawan yang dicampur dengan air orang-orang kafir.”

Bagi masyarakat Mesir kuno, kapur barus kemudian menjadi andalan dalam mengawetkan mayat. Firaun yang mati diawetkan sebagai mumi dengan menggunakan kapur barus. Cara ini memungkinkan tubuh tetap utuh selama ribuan tahun.

Pentingnya kapur barus tergantung pada cara mendapatkannya. Kamper merupakan ramuan langka dan membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya. Dahulu, karena kapur barus tergolong komoditas berharga, maka digunakan dalam emas, tembaga, dan lain-lain. Tidak mengherankan jika berada pada level yang sama dengan sangat mahal.

Sebaliknya, bagi mereka yang hidup di Indonesia ribuan tahun lalu, tanaman tersebut bukanlah produk yang mahal dan langka. Karena kapur barus merupakan tanaman asli Indonesia yang mudah didapatkan oleh semua orang. Kamper merupakan tanaman asli Republik Indonesia.

Perlu diketahui bahwa kamper atau kapur barus yang dimaksud bukanlah dalam artian parfum kecil seperti yang lazim dikenal saat ini. Zat yang diketahui saat ini merupakan hasil sintesis kimia naftalena (C10H8). Omong-omong, kapur barus kuno berasal dari pohon kapur barus, yang nama latinnya adalah Dryobalanopsaromatica. Keistimewaan dari pohon ini adalah wanginya yang sangat harum dan dapat diminum karena menyehatkan tubuh.

Kamper telah diperdagangkan di berbagai belahan dunia sejak abad ke-4 Masehi. Para pedagang menyebut tempat produksi kapur barus itu dengan nama Phansoor. Peneliti kontemporer kemudian mencoba memperkirakan lokasi Fansur pada peta modern.

Yang pertama adalah peneliti Perancis Nouha Stephan. Dalam penelitiannya tentang “Camhor dalam sumber Arab dan Persia”, ia mengkaji teks-teks tradisional yang menyebutkan fansur, deskripsi ahli geografi Ibnu Sa’id al-Maghribi. Ibnu Sa’id, yang meninggal pada akhir abad ke-13, melaporkan secara rinci bahwa petani kapur barus Fansur berasal dari pulau Sumatera.

Selain itu, hal serupa juga diungkapkan oleh arkeolog Edward Mack. Kinnon dalam Funsur Kuno, Atlantis Aceh (2013). Katanya Fansur terletak di ujung barat Aceh. Hipotesis ini didasarkan pada letak geografis dan data perdagangan dari catatan tertulis yang menyebutkan nama Panchu sebagai penghasil kapur barus.

Bukti valid lainnya disampaikan oleh Claude Guillot dalam karyanya Barus, A Thousand Years Ago (2008). Ia menyimpulkan, ada tiga wilayah yang tumbuh alami kapur barus dan perlu mendapat perhatian: Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Kalimantan (Kalimantan). Namun para ahli sejarah lebih spesifik mengenai lokasinya, yaitu wilayah Barus di Sumatera.

Guillot menulis: “Dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar atau seluruh kapur barus telah diperdagangkan sebelum abad ke-10 M, dan bahwa kapur barus di Kalimantan ditemukan dari Sumatera bagian utara, yaitu Baras.”

Nama Barus sudah lama dikenal dunia bisnis global sebagai produsen utama kapur barus. Sejarawan Jajat Burhanudin dalam Islam dalam Sejarah Indonesia Hadir (2020) mengemukakan bahwa kota ini telah menjadi pelabuhan kuno sejak abad ke-1 M, berdasarkan catatan ahli Romawi Ptolemeus.

Biasanya pedagang Arab mengunjungi wilayah tersebut melalui rute yang berbeda. Jajat menduga bangsa Arab dan Persia mencapai Barus dengan menempuh perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon, lalu mencapai pantai barat Sumatera.

Saat ini, Barus telah terbukti menjadi daerah penghasil kapur barus dan menjadi pelabuhan penting di Sumatera. Sejarawan Perancis Denis Lombard mencatat dalam Nusa Java Cross Culture (1996) bahwa pengembara Arab menggunakan kapal besar untuk mengangkut kapur barus. Mereka kemudian menjualnya dengan harga tinggi di pasar internasional.

Belakangan ini, Kapoor memainkan peran penting tidak hanya di bidang bisnis tetapi juga di bidang agama. Kronik Indonesia selanjutnya mencatat, berkat perdagangan kapur barus, Islam bisa masuk ke nusantara pada abad ke-7 Masehi. (tps/wur) Simak videonya di bawah ini: Video: Kunjungan Shin Tae Yong bersama Timnas Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *