Jakarta, ILLINI NEWS – Tas bekas sedang naik daun. Selebriti dunia mulai dari Rihanna hingga supermodel Bella Hadid tampil chic dengan tas vintage dari brand ternama favoritnya. Tas yang berumur lebih dari 20 tahun memang sangat digemari.
Setidaknya ada dua alasan mengapa tas vintage menarik minat banyak pecinta dan kolektor fashion. Pertama, barang antik ini langka dan unik. Semakin langka dan eksklusif suatu barang, semakin mudah menemukan orang yang memiliki tas serupa, dan tentunya harganya akan semakin mahal.
Alasan lain mengapa tas mewah vintage banyak diminati adalah karena harga jual kembali yang bagus, tergantung merek, kondisi, dan kelangkaan barang.
Yang paling populer saat ini adalah Chanel dan Hermes untuk tas, pakaian, dan aksesoris, kata pendiri Belle & Kate Ardine Nakety saat peluncuran Belle & Kate Vintage di Jakarta, Rabu (9/10).
Ardine menuturkan, ia dan tim melestarikan beberapa barang antik asal Jepang untuk dibawa ke Indonesia.
“Barang-barang ini terbukti awet sejak tahun 1990-an, kami pastikan kondisinya masih bagus dan harganya juga lebih murah dibandingkan eceran,” ujarnya.
Selain keunikannya, Ardine mengatakan barang antik juga menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan di era serangan fast fashion yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Apakah tas bekas bisa menjadi alat investasi?
Kolektor barang antik Felicia Kawilarang mengatakan tidak semua tas mewah produksi tahun 1990-an bisa dijadikan investasi. Berdasarkan pengalamannya, hanya tas dari rumah mode Hermes dan Chanel yang masih memiliki harga tinggi di pasar sekunder, terutama untuk barang koleksi langka. Kedua rumah mode ini terkenal dengan koleksi kopernya yang klasik dan timeless.
Saya suka koleksi vintage sebagai investasi. Saya beli Chanel di Januari dan dijual bulan lalu (September), jadi untung 30 persen, ”ujarnya saat berbincang dengan ILLINI NEWS.
Perencana keuangan bersertifikat Ayyi Ahmad Hidayah mengatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika ingin berinvestasi pada tas vintage yang mewah. Pertama, Anda perlu menguasai produknya agar bisa membedakan mana yang asli dan yang palsu. Kedua, Ayyi juga mengingatkan pengguna untuk memantau pergerakan harga di pasar.
“Harus tahu tren pergerakan harga, kalau tidak tahu bisa mengacau,” ujarnya.
Terakhir, Ayyi meminta konsumen untuk bergabung dalam komunitas yang bisa menjadi target pasar barang-barang vintage tersebut. (hsy/hsy) Simak video di bawah ini: Video: Industri Kopi Serap Keuntungan, Seiring Menyusutnya Dompet Kelas Menengah