Jakarta, ILLINI NEWS-Bank Indonesia (BI) memperkirakan pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menarik lebih banyak utang di masa depan akibat melebarnya defisit fiskal. Hal ini akan berdampak buruk bagi Indonesia.
“Kami memperkirakan defisit fiskal dapat meningkat menjadi 7,7% PDB pada tahun depan, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 6,5% untuk pertumbuhan ekonomi domestik,” kata Gubernur BI Perry Wardgio dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2021). 2024).
Hal ini akan menyebabkan imbal hasil US Treasury (UST) naik. Perry mencatat, imbal hasil UST yang tadinya 3,7% dengan tenor 2 tahun, kini menjadi 4,3% dan akan mencapai 4,5% pada tahun 2025.
“UST tenor 10 tahun beberapa hari yang lalu turun, dan sekarang tahun depan akan naik menjadi 4,4%, menjadi 4,7% karena kebijakan fiskal ekspansif,” jelasnya.
Situasi ini akan mendorong investor kembali ke Amerika. Padahal, beberapa bulan lalu, aliran modal mulai mengalir ke negara berkembang seperti Indonesia.
“Karena investasi portofolio di AS besar dalam dolar AS, jadi itu akan kembali dan memperkuat dolar,” ujarnya. Penguatan dolar akan berdampak pada mata uang banyak negara, termasuk rupee.
Menurut Refinitiv, rupiah melemah 0,22% ke Rp 15.860/USD pada akhir Rabu (20/11/2024). Pada siang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi antara Rp15.870/US$ hingga Rp15.820/US$. .