Jakarta, ILLINI NEWS – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mencatatkan kontrak baru sebesar Rp 14,2 triliun hingga kuartal III. Perolehan kontrak baru pada September 2024 berasal dari 46% pekerjaan sipil, 30% sumber daya air, 24% jalan dan jembatan, real estate, manufaktur dan EPC.
Hingga September 2024, ADHI akan menerima Rp9,1 triliun dari pendapatan proyek Non-JO yang disumbangkan proyek infrastruktur seperti Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo, Tol Yogyakarta-Bawen dan beberapa proyek lainnya.
Ditambah pendapatan JO, total pendapatan JO dan NJO pada triwulan III 2024 senilai Rp 17,0 triliun. Jumlah ini meningkat 13% setiap tahunnya dari Rp 15 triliun pada tahun 2023.
Menurut peraturan akuntansi, perusahaan tidak dapat secara langsung memperhitungkan pendapatan proyek JO dalam laporan keuangannya, tetapi hanya dapat mencatat sebagian dari keuntungan perusahaan patungan tersebut.
Laba perusahaan patungan tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp 277,6 miliar hingga Rp 568,73 miliar pada kuartal III tahun ini, dengan kontribusi Polri dan BIN IKN – Proyek Perumahan Penajam Paser, MRT Jakarta Tahap II dan beberapa proyek lainnya.
Jadi, dari sisi pendapatan, ADHI mencatatkan laba sebesar Rp 69,3 miliar hingga September 2024, atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 23,5 miliar.
Peningkatan laba bersih ini mencerminkan kinerja operasional yang solid dan menegaskan komitmen perusahaan untuk terus fokus pada pertumbuhan berkelanjutan.
Total aset ADHI mencapai Rp 34,6 triliun pada kuartal III 2024. ADHI mengurangi utang komersial sebesar 23% dan utang bank dan obligasi sebesar 23%, sehingga liabilitas ADHI pada 3Q24 tercatat sebesar Rp25,3 triliun atau turun 19% dibandingkan Desember 2024 sebesar Rp31,3 triliun.
Saat itu, ekuitas ADHI pada kuartal III 2024 sebesar Rp 9,3 triliun. Sementara dari sisi arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi, ADHI mampu mencatatkan nilai positif sebesar Rp 888,2 miliar yang disumbang oleh pembayaran termin atas proyek-proyek yang dikerjakan perseroan.
Pembayaran ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas ADHI sehingga membantu mempercepat penyelesaian proyek tersebut.
Oleh karena itu, solvabilitas menunjukkan perbaikan karena total rasio DER dari tahun sebelumnya sebesar 3,39 kali menjadi 2,72 kali, rasio DER bunga utang ADHI juga menunjukkan perbaikan dari 1,33 kali pada tahun sebelumnya menjadi 1,00 kali.
Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam membayar utang atau pinjaman dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menunjukkan operasional ADHI masih sehat.
Sedangkan jika dirinci berdasarkan sumber pendanaannya berasal dari pemerintah sebesar 54%, pinjaman sebesar 9%, BUMN/D sebesar 19%, dan swasta sebesar 18%.
Dari sisi lini bisnis, perolehan kontrak masih didominasi 90% dari sektor engineering dan konstruksi, 4% dari sektor real estate dan perhotelan, 4% dari lini manufaktur, dan 2% dari investasi dan waralaba.
“Untuk mencapai tujuan operasional tahun ini, ADHI menerapkan prinsip Operational Excellence untuk memaksimalkan produktivitas proyek yang dikerjakan perusahaan. Selain itu, ADHI lebih selektif dan hati-hati dalam memilih setiap proyek baru dengan memperhatikan rencana pembayaran yang baik serta memantau piutang proyek, terutama proyek besar, untuk menjaga arus kas operasional yang positif,” tulis manajemen, Jumat (25/10). (ayh/ayh) Simak videonya di bawah ini: Video: Peran MIND ID dalam Mendukung Penerapan Bisnis Tambang Berkelanjutan Artikel Selanjutnya Keren! ADHI mendapat pinjaman senilai Rp 1,35 triliun dari Bank Mandiri