illini berita Menakar Untung-Rugi Kabinet Gemuk Presiden Prabowo Subianto

Catatan: Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Dewan Redaksi illinibasketballhistory.com.

Presiden Prabowo Subianto melantik Kabinet Merah Putih secara berurutan di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (21/10/2024) dengan diikuti 109 nama dari berbagai kalangan. Nama-nama familiar seperti Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Bahlil Lahadalia (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral), dan Pratikno (Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) kembali masuk ke jajaran Kabinet.

Selain itu, beberapa debutan seperti Prasetyo Hadi (Menteri Luar Negeri), Sugiono (Menteri Luar Negeri), Abdul Mu’ti (Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah), Yasserli (Menteri Luar Negeri) menenangkan jajaran pemain baru. kabinet. Tenaga Kerja) dan Widianti Putri (Menteri Pariwisata) tampaknya memberikan sinyal penting bahwa Prabowo memiliki banyak talenta dari berbagai spektrum politik dan juga menaruh perhatian besar pada isu-isu sektoral di kementerian-kementerian baru di Kabinet Merah Putih. . Dalam pidatonya di acara BNI Investor Daily Summit (Kamis, 10/10/2024), Prabowo mengatakan perlunya kerja sama dengan berbagai pihak saat membentuk kabinet: “Kalau kita negara otoriter, partainya hanya satu. Kita bisa capai dengan 24 kementerian, tapi saya harus merangkul semua kalangan, Harus ada perwakilan Indonesia Timur, Indonesia Barat…” Hal ini diperkuat oleh pengadilan perdata pada tahun 2008 pasca revisi UU Nomor 39 tentang Kementerian, di mana kementerian berfungsi. Hingga 34 batas didefinisikan sebagai dihapus. Praktis, Prabowo lebih leluasa menyiapkan kabin dengan armada lebih besar. Spektrum politik yang terbentuk secara dinamis di parlemen memungkinkan Prabowo menggunakan pembentukan kabinet sebagai alat rekonsiliasi politik berbagai kekuatan, namun apa sebenarnya risiko dari kabinet “gemuk” yang ingin dibentuk oleh Prabowo?

Pertama, Prabowo perlu kehati-hatian dalam menyusun nomenklatur menteri dan lembaga kerajaan, serta jumlah menteri yang akan dipilihnya. Penting untuk mempertimbangkan kemampuan pribadi para menteri di masa depan untuk mengukur dorongan kementerian dalam melaksanakan beberapa program dan kebijakan yang direncanakan Prabowo untuk memisahkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Teknologi. Pendidikan Tinggi misalnya, memerlukan percepatan kebijakan pendidikan dengan fitur program spesifik dan dukungan finansial yang memadai. Tokoh profesional-akademisi yang dipilih untuk mengisi jabatan tersebut diasumsikan juga mempunyai kekuatan untuk mengatasi birokrasi yang ada sehingga kebijakan dan program cepat dilaksanakan di lapangan dan digunakan secara efektif dan efisien. Sesuai RUU APBN 2025, APBN tahun depan yang menjadi modal awal kepemimpinan Prabowo masih sebesar Rp3.621,3 triliun.

Memperluas penamaan kementerian menjadi 48 kementerian tidak serta merta memperluas wilayah fiskal. Jangan sampai bertambahnya jumlah kementerian justru membebani APBN kita dan menurunkan kemampuan keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, Prabowo harus melakukan perhitungan yang cermat dengan memperbanyak jumlah kementerian dibandingkan ruang fiskal yang tersedia guna memaksimalkan daya dukung pertumbuhan ekonomi makro, ketiga, mengefektifkan rantai birokrasi dan menghilangkan budaya korupsi. Bertambahnya jumlah kementerian juga berdampak pada pelaksanaan sejumlah program yang diselenggarakan berdasarkan prinsip otonomi daerah mulai dari pusat hingga daerah.

Misalnya, pembentukan Kementerian Kebudayaan akan berdampak pada penyesuaian wilayah tanggung jawab birokrasi antara pusat dan daerah terkait pemajuan kebudayaan dan perlindungan seni tradisional kita. Selain itu, penambahan kementerian baru juga tidak mungkin dilakukan. Serangkaian panjang birokrasi yang akan mempengaruhi lingkungan investasi dan sektor ekonomi riil di lapangan. Apalagi jika budaya pungli dan korupsi yang masih membeku tidak segera dihilangkan dengan aturan yang tegas dan mengikat. Pertama, pembentukan kementerian khusus yang menangani bidang tertentu (Kementerian Kebudayaan, Kementerian Perumahan dan Permukiman, Kementerian Imigrasi dan Reklamasi) akan menjamin adanya kebijakan dan dukungan finansial dari sektor-sektor yang terkait dengan sektor tertentu (Seni, Kebudayaan, Kebudayaan, Pariwisata). perumahan, imigrasi, pemasyarakatan) akan lebih baik karena didukung oleh fokus pemerintah pusat yang kuat. Ketiga, program pemerintah pusat yang disampaikan kepada masyarakat akan semakin beragam dan semakin besar peluang interseksi antar program departemen yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan dan kesejahteraan. kesejahteraan nasional. pertumbuhan ekonomi. Masyarakat sudah ditawari pilihan calon menteri untuk mengisi posisi kabinet sejak sebelum pelantikan.

Dengan beragamnya sumber informasi yang tersedia, masyarakat dapat menilai rekam jejak kepemimpinannya. Prabowo dinilai cukup berhasil menavigasi masa transisi kepemimpinan nasional ini dengan menerapkan kebijakan konsiliasi, namun Prabowo juga perlu menerapkan komunikasi persuasif yang lebih masif dengan gagasan “rekonsiliasi nasional” dan “persatuan”. Penerapan komunikasi persuasif, baik verbal maupun nonverbal, akan menjadi kunci dalam membangun landasan pemerintahan baru.

Menerjemahkan gagasan persatuan yang disampaikan dalam narasi kelam dinilai menjadi poin utama dalam menjamin stabilitas politik lima tahun ke depan. Berbekal kemampuan merendahkan diri untuk mengakomodasi berbagai pendekatan politik, Prabowo pun harus menghasilkan komunikasi politik yang patut dipertanyakan.

Stabilitas politik yang dihasilkan akan menjadi variabel penting dalam pembangunan perekonomian nasional dan tentunya dalam pembangunan 282,4 juta penduduk Indonesia yang mengharapkan kesejahteraan. (mikrofon / mikrofon)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *