Jakarta, ILLINI NEWS – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya buka suara terkait aktivitas impor nikel di saat cadangan dan sumber daya masih melimpah di Indonesia.
Indonesia memang menjadi negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Cadangan bijih nikel Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, yakni mencapai 42,1% dari total cadangan dunia, menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Diikuti oleh Australia dengan 18,4%, Brasil dengan 12,2%, Rusia dengan 6,4%, Kaledonia Baru dengan 5,4%, Filipina dengan 3,7%, Tiongkok dengan 3,2% dan sisanya adalah negara-negara lain.
Lalu apa alasan impor nikel ke Indonesia?
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Direktur Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, tidak ada salahnya jika Indonesia mengimpor nikel. Sebab, impor nikel bisa memperpanjang umur cadangan nikel di Indonesia. Perlu dicatat bahwa nikel sendiri bukanlah sumber daya mineral terbarukan.
“Ini (nikel) itu sumber daya yang tidak terbarukan. Kalau beli dari luar, bagus. Cadangan kita masih banyak, (sehingga umur cadangannya) semakin panjang,” jelasnya dalam pertemuan di Gedung DPR. Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, dikutip Jumat (15/11/2024).
Namun Tree belum bisa menjelaskan alasan pasti di balik aktivitas impor tersebut. Pasalnya, pihaknya menyetujui rencana kerja dan anggaran produksi nikel (RKAB) dalam negeri yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia.
“Sebenarnya berdasarkan konfirmasi RCAB, dari sisi supply dan demand semuanya baik-baik saja. Tapi saya tidak tahu kenapa harus diimpor. Tapi intinya, kalaupun ada impor, kenapa, lho kenapa, ” tambahnya.
Beberapa waktu lalu, fakta impor bijih nikel di Indonesia terungkap. PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) mengaku terpaksa mengimpor bijih nikel dari negara lain, khususnya Filipina.
Hal itu dilakukan guna menjamin kelangsungan proyek smelter milik perseroan yang berlokasi di Desa Penkerja, Sanga-Sanga, Kutay Kartanegara, Kalimantan Timur.
Muhammad Ardhi Soemargo, Presiden Direktur PT Nityasa Prima selaku PT KFI, Konsorsium Industri Ferro, mengatakan impor bijih nikel dilakukan karena kurangnya pasokan bahan baku di dalam negeri akibat tertundanya izin dari perusahaan tambang Karya. Rencana dan Anggaran (RKAB).
“Waktu bapak bilang kenapa kita harus ambil dari Filipina, karena ada tambang yang tidak punya RKAB, dan kalau tambangnya tidak punya RKAB, kita tidak bisa beli,” ujarnya pada RDPU bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa. Senin (7/8/). 2024).
Di sisi lain, pihaknya juga harus memastikan pasokan operasional smelter. Total ada 1.400 pekerja yang menggantungkan penghidupannya pada smelter.
“Tadi ketika saya informasikan kepada ketua tentang kehadiran nikel dari Filipina, katanya kami hanya membawa nikel Filipina, hanya 1 kapal pak, sekitar 51 ribu dan posisi kami hanya membantu menambah barang atau nikel. pasokannya saat ini sedikit pak,” imbuhnya. (pgr/pgr) Simak video di bawah ini: Video: Bos BUMN Minta DPR Batasi Pembangunan Smelter Nikel Baru Artikel Berikutnya Pabrik Nikel RI Mengesankan Usai Impor Bijih – Ini Reaksi ESDM