JAKARTA, ILLINI NEWS – Meski berita dalam negeri dan data inflasi AS menjelang rilis kurang menggembirakan, Indeks Harga Saham Wajib (IHSG) dibuka menguat pada awal sesi perdagangan Rabu (13/11/2024).
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG menguat 0,25 persen menjadi 7.340,51 poin. Lima menit setelah sesi dibuka, penguatan IHSG turun yakni 0,17% ke 7334,74.
Pada awal sesi pertama hari ini, nilai transaksi indeks mencapai sekitar 995 miliar Rial dengan volume transaksi 1,8 miliar saham dan dilakukan 98 ribu 145 transaksi.
IHSG cenderung menguat sementara rilis data perekonomian Indonesia belakangan ini kembali memburuk menjelang rilis data inflasi terbaru AS.
Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel yang terlihat kurang memuaskan. Hingga September 2024, indeks penjualan riil (IPR) tercatat sebesar 210,6 atau tumbuh 4,8% (y/y/yyyyyyyyyyyy), turun dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 5,8% yoy. Sementara itu, perkiraan untuk bulan Oktober 2024 tampaknya akan turun sebesar 1 persen setiap tahunnya.
Sementara itu, secara bulanan berada di wilayah kontraksi yakni 1,7% mom di bulan September (Agustus 2024) dari pertumbuhan sebelumnya sebesar 2,5% (bulanan/mom). Selain itu, pada perkiraan bulan Oktober 2024, IPR tampaknya telah kembali ke wilayah kontraksi, pada tingkat bulanan 0,5%.
Jika dicermati, tekanan HKI terjadi secara bulanan dan tahunan dari kelompok peralatan informasi dan komunikasi.
Kelompok peralatan informasi dan komunikasi mengalami penurunan masing-masing sebesar -12,9% dan -29,4% secara bulanan dan tahunan.
Prakiraan IPR Oktober 2024 memburuk dibandingkan September 2024, terutama pada saat kelompok peralatan informasi dan komunikasi selalu berada dalam wilayah kontraksi setiap tahunnya.
Penjualan ritel yang lebih lemah mungkin merupakan tanda bahwa konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja, sehingga berpotensi mengurangi konsumsi domestik – yang merupakan komponen utama yang mendukung produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Perlambatan di sektor ritel juga berdampak pada berbagai sektor usaha, terutama perusahaan di sektor barang konsumsi yang mengandalkan permintaan dalam negeri.
Di sisi lain, perhatian pasar saat ini tertuju pada rilis data inflasi AS yang berpotensi menggerakkan pasar global. Malam ini, AS merilis inflasi utama, dengan tingkat inflasi tahunan diperkirakan masing-masing sebesar 3,3% dan 2,4%.
Sebagai catatan, inflasi AS akan mencapai 2,4% pada September 2024. Tingkat inflasi menjadi perhatian utama bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Federal Reserve) dalam mengambil keputusan kebijakan suku bunga.
Jika inflasi naik melebihi perkiraan ini, kemungkinan besar Federal Reserve akan mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.
Riset ILLINI NEWS (chd/chd) Simak video di bawah ini: Video: Bos BEI: Pasar Saham Indonesia Bersaing Global Artikel Selanjutnya Potret Euforia IHSG Kembali ke 7300