Jakarta, ILLINI NEWS – Nilai tukar rupiah berakhir menguat terhadap dolar AS pada awal perdagangan Senin (30 Desember 2024) di tengah berbagai tekanan sentimen negatif di pasar domestik.
Rupiah menguat 0,62% menjadi 16.130 rupiah/dolar pada penutupan, menurut data Refinitiv. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi sebesar 16.115 rupiah/USD dan setinggi 16.170 rupiah/USD.
Seiring menguatnya rupee (3012/2024) hari ini, indeks dolar AS (DXY) juga naik tipis 0,02% menjadi 15,00 di 108,07.
Nilai tukar rupiah menunjukkan rekor penguatannya meski mendapat tekanan dari sentimen negatif di pasar keuangan domestik. Data menunjukkan, pada 23-24 Desember 2024, investor asing terus melakukan aksi jual bersih dengan total volume transaksi Rp 4,31 triliun.
Penjualan tersebut meliputi pasar saham Rp0,63 triliun, pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp0,86 triliun, dan Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp2,82 triliun.
Kekuatan rupee mencerminkan ketahanannya meskipun terdapat sentimen buruk baik global maupun domestik. Salah satu faktor eksternal yang paling penting adalah pernyataan penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed) yang hawkish, yang menunjukkan kehati-hatian dalam memangkas suku bunga.
Selain itu, hasil pemilu AS mengukuhkan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, yang juga memperburuk volatilitas pasar, dan ketidakpastian geopolitik terus membayangi tren mata uang global.
Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati potensi dampak positif dari data ekonomi Tiongkok yang dirilis Selasa (31 Desember 2024). Indikator PMI manufaktur dan non-manufaktur Biro Statistik Nasional (NBS) Tiongkok diperkirakan menunjukkan pertumbuhan.
Mengingat Tiongkok merupakan mitra dagang penting dalam impor dan ekspor, hal ini memberikan harapan bagi Indonesia. Dari dalam negeri, pasar menantikan dua data penting pada Kamis (2/1/2025), yakni PMI manufaktur Desember 2024 dan indeks harga konsumen (CPI).
Terakhir, PMI manufaktur Indonesia naik menjadi 49,6 pada bulan November 2024 dari 49,2 pada bulan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa perlambatan telah melambat. Hal ini menunjukkan peningkatan produksi meskipun tantangan global terus berlanjut.
Dengan kondisi tersebut, menguatnya nilai tukar rupiah saat ini menandakan optimisme pasar terhadap stabilitas perekonomian Indonesia di tengah tekanan eksternal. Investor terus mencermati perkembangan data perekonomian dalam dan luar negeri sebagai indikator tren pasar selanjutnya.
Riset ILLINI NEWS (mkh/mkh) Simak video di bawah ini: Video: Neraca Perdagangan China Sebesar Rp 1,7 Triliun di Luar Ekspektasi Artikel berikutnya Rupee Melemah, Dolar Naik ke Rp 15.860