berita aktual Dolar Balik ke Rp 15.500: Ini Analisa Rupiah Tersungkur

Jakarta, ILLINI NEWS – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah selama lima hari terakhir. Berbagai emosi, terutama dari luar, memberikan tekanan pada keuangan Garuda.

Berdasarkan laporan Refinitiv, rupiah ditutup pada Rp15.415/US$1 atau melemah 1%. Artinya, rupee dalam empat hari terakhir melemah 1,91%. Mata uang Garuda masih melemah hari ini, Jumat (4/10/2024). Pada Jumat pukul 11.45 WIB, nilai tukar rupiah berada di Rp 15.479 atau sekitar Rp 15.500. Rupee melemah 0,41%. Artinya, rupee sudah terdepresiasi selama lima hari. 

Jika rupee terus melemah hingga akhir, maka rupee akan terdepresiasi selama lima hari berturut-turut atau lebih mulai 30 September 2024.

Berbagai faktor menjadi penyebab terpuruknya rupee, seperti gejolak politik antara Iran dan Israel, semakin besarnya pengaruh Tiongkok, menguatnya dolar AS, hingga mata uang asing dari Indonesia.

Iran dan Israel Panas

Seperti diketahui, pada Selasa (1/10/2024), Iran melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel beberapa jam setelah pejabat Gedung Putih memperingatkan bahwa Teheran berencana melakukan serangan.

Menyusul serangan rudal dari Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji bahwa Iran akan “membayar harga yang mahal”, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang besar di wilayah tersebut.

Situasi ini diperburuk oleh dukungan kuat Washington terhadap Israel, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas.

Sementara itu, tentara Israel memerintahkan penduduk di lebih dari 20 kota di Lebanon selatan untuk mengungsi pada hari Kamis, ketika Israel melanjutkan serangan lintas batas dan serangan Hizbullah di pinggiran kota Beirut.

 

Peringatan terbaru ini menambah jumlah kota yang diperintahkan untuk dievakuasi menjadi 70, termasuk ibu kota provinsi Nabatieh. Hal ini menunjukkan operasi militer Israel terhadap kelompok bersenjata yang didukung Iran semakin meningkat.

Selain itu, lebih dari 1,2 juta warga Lebanon terpaksa mengungsi akibat serangan Israel, dan hampir 2.000 orang tewas sejak serangan Israel terhadap Lebanon dimulai tahun lalu, sebagian besar korban tewas dalam dua minggu terakhir, menurut pejabat Lebanon.

Rully Wisnubroto, Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengatakan salah satu faktor penyebab pelemahan rupiah adalah dampak ketegangan politik di Timur Tengah.

Tampaknya ada dampak global, persepsi yang mungkin disebabkan oleh eskalasi politik di Timur Tengah, kata Rully.

Ahmad Mikail, Ekonom Sucor Sekuritas juga menjawab gelombang panas yang terjadi di Iran dan Israel membuat pelaku pasar khawatir harga minyak global akan kembali naik.

“Kami khawatir harga minyak akan naik tajam jika Israel menyerang minyak Iran. Kami bisa mengimpor minyak sebanyak 1,4 juta barel,” kata Ahmad.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang juga mengatakan kekhawatiran investor dalam memilih safe haven akibat meningkatnya konflik Israel-Iran memberikan tekanan pada rupiah.

Dalam konteks ekonom lainnya, Chief Economist Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, ketika sentimen positif mulai pecah, dengan Iran menyerang Israel, maka rupiah pun melemah.

Ia juga menambahkan, pasca perang Iran dan Israel berakhir, rupiah tidak serta merta menguat mengingat di AS (November) ada permasalahan politik, dampak geopolitik, dan pasar AS yang sedikit naik.

Direktur Treasury & Financial Institutions Mega Bank, Ralph Birger Poetiray juga mengatakan satu hal bahwa masih ada geopolitik.

“Itu hanya geopolitik jadi DXY (indeks dolar AS) dan harga minyak naik karena ketegangan di Timur Tengah,” kata Ralph.

Nilai dolar naik pesat

Apresiasi DXY terlihat setidaknya pada 30 September hingga 3 Oktober 2024. Apresiasi DXY tercatat selama empat hari berturut-turut pada level 100,38 hingga 101,99 atau meningkat 1,6%.

ISM non-manufaktur yang lebih kuat dari perkiraan pada Kamis (3/10/2024) juga mendukung penguatan dolar dan memberikan tekanan pada rupee.

PMI jasa ISM September 2024 tercatat melonjak menjadi 54,9, naik dari 51,5 pada Agustus dan jauh lebih tinggi dari 51,7.

Sesi ini menunjukkan pertumbuhan terkuat di sektor jasa sejak Februari 2023, sedangkan pertumbuhan tercepat terjadi pada aktivitas bisnis (59.9 dan 53.3), pesanan baru (59.4 dan 53), dan inventaris (58.1 dan 52.9), meskipun terjadi penurunan lapangan kerja (48.1 ). vs. 50,2), tekanan biaya meningkat (59,4 vs. 57,3), dan ketertinggalan (48,3 vs. 43,7) tetap rendah. Pengiriman kembali menunjukkan peningkatan (52,1 vs 49,6).

Hosianna mencatat pelemahan rupee juga disebabkan oleh rilis data ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan. Ia mengatakan, Gubernur bank sentral Amerika Serikat (Fed), Jerome Powell, juga mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga ke depan tidak akan sebesar sebelumnya.

. sebesar mungkin,” kata Hosianna.

Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP mengukur angka ketenagakerjaan sektor swasta.

Ralph juga mengatakan koreksi positif rupee terjadi seiring berlanjutnya DXY karena adanya persepsi bahwa DXY merupakan mata uang yang aman.

Pengaruh Stimulus China, Output di RI Terjadi

Stimulus tersebut diperkirakan akan datang dari Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) ketika perekonomian Tiongkok terus melemah, mulai dari kredit macet dari pengembang properti besar hingga perang dagang yang sedang berlangsung dan dampak dari offloading.

Dukungan tersebut antara lain berupa penurunan suku bunga wajib perbankan (GWM), penurunan suku bunga bank sentral, dan penurunan suku bunga.

Tidak hanya itu, Tiongkok juga melakukan upaya deregulasi pasar saham dimana bank sentral Tiongkok telah memberikan fasilitas pinjaman (loan) kepada investor institusi seperti broker, asuransi, dana pensiun, reksa dana atau manajemen aset sebesar 500 miliar franc Rwanda. , ini setara dengan Rp 1,308 juta.

Pinjaman tersebut juga diberikan kepada bank yang ingin menyalurkan perusahaan untuk membeli kembali saham senilai 300 miliar franc Rwanda atau setara Rp 785 triliun.

Minat yang kuat tersebut menyebabkan para pelaku pasar masuk ke pasar Tiongkok atau dengan kata lain dari pasar keuangan domestik (Indonesia).

Luthfi Ridho, Kepala Ekonom Indo Premier Securities, mengatakan pendorong utama melemahnya rupee saat ini adalah kenaikan harga minyak dan arus masuk dana ke Tiongkok.

RISET ILLINI NEWS

[email protected] (rev/rev) Simak video di bawah ini: Prabowo: Terpuruk Banget, Jangan Bicara!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *