Jakarta, ILLINI NEWS – Kopi Indonesia dikenal sebagai produsen kopi spesial yang memiliki ciri khas tersendiri. Meski demikian, industri kopi Indonesia masih mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus dikembangkan ke depan.
Pranoto Soenarto, Wakil Presiden III Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) menjelaskan perkiraan situasi industri kopi Indonesia di antara negara-negara yang bergabung dengan BRIC (Brasil, Rusia, India dan China).
. Menurut Pranoto, meski data BPS menunjukkan peningkatan produksi kopi di Indonesia hingga 30%, namun hal ini lebih terlihat dari segi nilai dibandingkan volume.
Sebenarnya harganya naik karena harga kopi naik dari Rp 20-25 ribu per kilogram menjadi Rp 76 ribu, jadi kalaupun jumlahnya tetap, harganya tiga kali lipat, kata Pranoto dalam rilisnya. Program Squawk Box, ILLINI NEWS (Senin, 28/10/2024)
Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi spesialti yang mempunyai karakter unik tersendiri. Tumbuh di tanah vulkanik seperti Aceh Gayo, Mandailing dan Toraja, kopi ini memiliki cita rasa yang sulit ditemukan di negara lain.
“Kopi kita selalu diminati dunia karena keunikannya. Setiap kali dikumpulkan kopi khas Indonesia langsung dibeli oleh pasar internasional,” tambah Pranoto.
Dibandingkan negara penghasil kopi lain seperti Vietnam yang lebih bergantung pada produksi massal, Indonesia masih menonjol karena kualitasnya yang istimewa.
Keunikan ini menghasilkan pendapatan $20,6 juta pada Specialty Coffee Expo 2023 di Portland, AS.
Berdasarkan laporan Biro Humas Kementerian Perdagangan, pameran ini menunjukkan adanya minat yang besar terhadap kopi spesialti Indonesia, khususnya di pasar premium Amerika Serikat yang merupakan salah satu tujuan utama ekspor kopi Indonesia.
Dengan bergabungnya Indonesia pada BRIC, terjadi perubahan dalam dinamika perdagangan kopi. Sebagai anggota BRIC, Brasil tetap menjadi pemain terbesar dengan kapasitas produksi jauh di atas Indonesia.
Sementara itu, Tiongkok mengembangkan kopi di wilayah Yunnan dan Hainan, dan volumenya semakin meningkat. “Meski produksinya besar, dunia tetap memilih kopi Indonesia karena kualitas kopi khas kita,” kata Pranoto.
Dalam konteks ini, Pranoto melihat peluang untuk meningkatkan ekspor ke pasar seperti Rusia dan Afrika Selatan, negara-negara yang belum matang dalam konsumsi kopi. Di sisi lain, Indonesia juga perlu mengimpor kopi dari negara seperti Brazil untuk memenuhi kebutuhan racikan yang digunakan industri brewing dalam negeri.
Selain bersaing di pasar global, sektor kopi Indonesia juga menghadapi tantangan perubahan iklim dan penyakit tanaman yang mempengaruhi produksi di negara-negara produsen utama seperti Brazil dan Vietnam.
Kondisi tersebut memungkinkan Indonesia mengisi kesenjangan pasokan di pasar global. Namun Pranoto mengingatkan agar Indonesia tidak hanya fokus pada perubahan iklim saja, tapi juga persoalan penyakit tanaman yang dapat mempengaruhi produktivitas kopi.
Perkembangan industri kopi dalam negeri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia.
“Dulu ekspor kita besar, tapi sekarang dengan berkembangnya roaster lokal, baik skala kecil maupun besar, sebagian besar kopi kita diserap pasar dalam negeri.” ujar Pranoto.
Fenomena tersebut menunjukkan konsumsi kopi dalam negeri semakin meningkat seiring dengan gelombang ketiga konsumsi kopi di Indonesia, dimana kopi spesialti dan kopi sekali pakai semakin diminati oleh konsumen lokal.
Untuk memperkuat daya saing di pasar global, pemerintah dan industri kopi Indonesia mendorong peningkatan kualitas dan merek kopi spesialti melalui berbagai event internasional, seperti Specialty Coffee Expo di Amerika Serikat dan Kompetisi Kopi Spesialti Indonesia (KKSI). . Partisipasi dalam acara-acara tersebut membantu mempromosikan keunikan kopi Indonesia di dunia, serta terbentuknya citra positif kopi Indonesia di pasar dunia.
Selain itu, dukungan pemerintah melalui program restrukturisasi mesin bagi pelaku industri dan promosi peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti barista dan roaster menjadi langkah penting untuk menjaga kualitas kopi spesial Indonesia. Dengan pendekatan ini diharapkan kopi spesialti Indonesia dapat bertahan dalam ketatnya persaingan pasar global yang dipengaruhi oleh negara-negara BRIC.
Indonesia mempunyai potensi besar untuk melanjutkan pengembangan kopi spesialti dalam menghadapi tantangan global, apalagi dengan kelangkaan kopi vulkanik yang tidak ditemukan di negara lain.
Namun konsistensi dalam menjaga kualitas dan inovasi akan menjadi kunci bagi Indonesia untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen kopi terbaik di dunia. Dengan kerja sama pemerintah dan pelaku industri, Indonesia masih mempunyai peluang untuk memperkuat posisinya di pasar internasional, sekaligus mengoptimalkan pasar dalam negeri yang semakin berkembang.
Riset dari ILLINI NEWS
(gudang/pemasangan)