Jakarta, ILLINI NEWS – Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) semakin dekat. Kami berharap dengan semakin menyenangkannya liburan Natal, akan ada manfaat ekonomi karena meningkatnya konsumsi.
Secara historis, perekonomian Indonesia pada triwulan IV cenderung tumbuh pada triwulan III karena faktor musiman yaitu Natal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 hingga 2023, pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan IV lebih tinggi dibandingkan triwulan III yang terjadi pada tahun 2020, 2021, dan 2023.
Sedangkan pada tahun 2019 dan 2022, triwulan IV cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan III.
Data terakhir triwulan III tahun 2024 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 4,95% (year-on-year). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan I dan II tahun 2024 yang tumbuh sebesar 5,11% dan 5,05% secara year on year.
Berikut beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi: Peningkatan konsumsi rumah tangga: Kuartal keempat biasanya bertepatan dengan akhir tahun dan perayaan besar seperti Natal dan Tahun Baru. Hal ini seringkali berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga yang menjadi penggerak utama perekonomian Indonesia. Belanja konsumen meningkat untuk liburan, hadiah, dan kebutuhan musiman lainnya. Peningkatan Pengeluaran Pemerintah: Pada akhir tahun, pemerintah sering mempercepat pengeluaran dan pengeluaran untuk memastikan bahwa anggaran tahunan mengalami defisit. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas perekonomian, terutama pada proyek infrastruktur dan program sosial yang dibiayai dari APBN. Musim panen: Di sektor pertanian, triwulan keempat bertepatan dengan musim panen berbagai komoditas penting di Indonesia, seperti beras, kelapa sawit, dan produk lainnya. Hal ini dapat mendorong peningkatan produksi dan ekspor sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Dampak musiman pada sektor manufaktur: Beberapa sektor manufaktur, seperti industri pakaian jadi, makanan dan minuman, serta barang konsumsi, sering kali mengalami lonjakan produksi menjelang akhir tahun untuk memenuhi permintaan puncak musiman seperti permintaan hari libur dan malam tahun baru. Pertumbuhan ekspor: Permintaan ekspor untuk berbagai komoditas seperti batu bara, minyak sawit, dan produk pertanian mungkin meningkat pada kuartal keempat, karena faktor cuaca yang mendukung produksi serta permintaan internasional.
Motor penggerak perekonomian Indonesia triwulan IV-2024
Ekonom Global Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan Nataru berdampak positif terhadap sebagian besar daya beli masyarakat, terutama pada kategori produk informal seperti makanan, minuman, dan rokok.
Tampaknya penjualan semakin meningkat, terutama kebutuhan makanan, kemudian juga minuman, kemudian rokok, kemudian kegiatan yang berkaitan dengan akomodasi, penginapan, dan transportasi, kata Myrdal.
Indeks Keyakinan Konsumen (CII) pun nampaknya membaik menjadi 125,9 pada November 2024 dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 121,1.
Secara historis, IKK bahkan mengalami peningkatan pada bulan Desember dibandingkan periode November. Hal ini juga meningkatkan peluang pertumbuhan energi dan perekonomian Indonesia yang lebih baik selama bulan ini.
Myrdal juga mengatakan sektor jasa akan mengalami tren peningkatan pada akhir tahun ini.
“Kalau kita lihat, sejalan dengan indikator (IKK) dan menjelang akhir tahun ada tren kenaikan, dari sisi penjualan pertumbuhannya positif, meski tren peralatan rumah tangga dan (knowledge-tech) .dan informasi) ) Produk negatif, penjualan namun produk tidak menempel “hasil penjualan positif, jadi untuk periode kuartal ke-4 periode ini akan mendorong, energi juga akan cenderung tumbuh, terutama untuk penggunaan dalam negeri” pungkas Myrdal.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada pada kisaran 5,06% pada tahun 2024, didorong oleh kegiatan akhir tahun termasuk pemilihan umum yang diharapkan dapat memperkuat kekuatan pemerintah.
Daya beli mencakup libur Natal
Kepala Ekonom Bank Sentral Asia David Sumual, senada dengan Myrdal, mengatakan daya beli masyarakat akan berdampak sementara pada libur akhir tahun.
“Hal ini akan berdampak positif pada sektor makanan, minuman, hiburan, hotel, dan transportasi,” kata David.
Senada, Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan musim Natal mendorong masyarakat Indonesia untuk belanja lebih banyak, terutama di sektor ritel, perjalanan, transportasi, dan sektor makanan dan minuman.
“Secara keseluruhan, Nataru Energy memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal tersebut, meski belum cukup mampu mengatasi penurunan sektor lainnya secara tuntas,” kata Felix.
Sedikit pengecualian bagi ekonom senior KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana, yang mengatakan dampak Natal dan liburan sekolah terhadap energi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih terbatas dibandingkan tahun lalu.
Tingkat daya beli masyarakat yang rendah dibandingkan tahun lalu, serta ekspektasi melemahnya daya beli akibat kenaikan PPN, cukai, dan lain-lain. adalah alasan dari peran Nataru yang agak optimis dan liburan sekolah.
Besarnya arus kas saat Natal tercermin dari perubahan uang tunai saat Natal selama empat tahun terakhir. Bank Indonesia (BI) memperkirakan kebutuhan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 sebesar Rp 133,7 triliun. Jumlah tersebut meningkat 2,56% yang terealisasi pada Natal 2023 senilai Rp 130,37 triliun.
Ratusan miliar akan mengalir ke wilayah ini dalam bentuk pembelian makanan, hotel, logistik, dan UKM dari kota ke daerah.
Riset ILLINI NEWS
[dilindungi email] (direvisi/direvisi)