Jakarta, ILLINI NEWS – Nama Nokia sempat sukses di bisnis HP di era 90-an. Pada puncaknya, Nokia menguasai 40% pangsa pasar global.
Namun kemunculan ponsel Android dan iPhone melemahkan dominasi Nokia. Akibatnya, Nokia menjual bisnis HP-nya ke Microsoft pada tahun 2013.
Tak bertahan lama di bawah Microsoft, merek Nokia kembali mencari peruntungan saat dibeli oleh HMD Global pada 2016. Setelah beberapa tahun, HMD Global memutuskan untuk mengembangkan ponsel dengan mereknya sendiri.
Oleh karena itu, Nokia kini telah ‘maju’ dan menggarap bisnis B2B di sektor telekomunikasi dengan menyediakan perangkat yang memungkinkan koneksi nirkabel.
Nokia juga berencana memperluas bisnisnya ke industri pusat data dan pertahanan. Baru-baru ini, Nokia dikabarkan mengakuisisi Infinera Corp. sebagai bagian dari upayanya mempromosikan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Meski industrinya jauh dari sektor telepon seluler, CEO Nokia Pekka Lundmark mengakui masih banyak masyarakat yang mengasosiasikan perusahaannya dengan telepon seluler.
Bahkan, Lundmark menyebut Nokia kini telah menjadi salah satu ‘perusahaan raksasa’ di sektor telekomunikasi. Perusahaan ini telah berkecimpung dalam industri telekomunikasi sejak tahun 2000, ketika industri tersebut belum sesibuk sekarang.
“Saya bertemu banyak orang ketika saya bepergian ke berbagai belahan dunia. Mereka bertanya apa yang terjadi dengan bisnis HP. Sebenarnya 10 tahun lalu Microsoft mengambil alih,” kata Lundmark dalam wawancara dengan Bloomberg, seperti dikutip YahooFinance. “Ini dimulai dengan masuk.” , pada Selasa (3/12/2024).
Meski masih ditanya soal ponsel, Lundmark mengakui nama besar Nokia membantu perusahaan menggarap bidang bisnis baru. Karena itu, banyak pihak yang sudah mengetahui kehandalan Nokia.
“Jadi, [industri ponsel] setidaknya bisa menjadi titik awal diskusi. Namun, tantangan yang lebih besar adalah menjelaskan posisi kami kepada para pebisnis. Kami berusaha meyakinkan mereka bahwa Nokia sudah luas. Tapi posisinya sekarang adalah sebagai pemimpin bisnis, sebagai pemain penting dalam industri jaringan,” jelasnya.
Selain itu, Lundmark mengatakan rencana melebarkan sayapnya ke sektor pusat data didorong oleh potensi pasarnya yang bernilai miliaran dolar. Bisnis ini diperkirakan akan tumbuh sekitar 30% setiap tahunnya, sehingga terdapat peluang besar bagi Nokia untuk bekerja pada pusat data juga.
“Kami menetapkan target sekitar 20 euro yang dapat kami capai. Pasar operator jaringan bernilai sekitar 84 miliar, namun pertumbuhan pasar mengalami stagnasi dengan cepat. Pusat data dapat tumbuh sekitar 30% setiap tahun tempat bagi pemain seperti kami,” katanya.
Di tengah popularitas AI dan cloud, yang memerlukan pusat data baru dengan tingkat keamanan dan keandalan yang lebih tinggi, Nokia yakin hal ini memiliki peluang yang sangat besar.
“Kami sekarang sedang dalam proses mengakuisisi Infinera yang akan mengirimkan sekitar 3.000 tenaga ahli ke Nokia. Ini adalah perusahaan Silicon Valley yang akan memperkuat posisi kami di industri pusat data. Oleh karena itu, ini merupakan faktor penting bagi pertumbuhan kami dalam beberapa tahun ke depan. Bertahun-tahun,” kata Lundmark. (Fab/Fab) Tonton video di bawah ini: Video: Manfaatkan teknologi AI untuk mewujudkan rumah Anda, bagaimana caranya? Artikel berikutnya iPhone Buruk Dibunuh China, Nasib Apple Sedih