Jakarta, ILLINI NEWS – Indonesia yakin mampu mengurangi impor aluminium dari luar negeri. Hal ini ditandai dengan Indonesia yang akan memproduksi hingga satu juta ton aluminium sebagai bahan baku aluminium per tahun dari smelter grade aluminium Refinery (SGAR) tahap 1 yang akan dibangun di Mempawah, Kalimantan pada awal tahun 2025.
Ke depan, produksi aluminium di Indonesia akan mengurangi jumlah impor aluminium. Seperti diketahui, kebutuhan aluminium Indonesia mencapai 1,2 juta ton per tahun pada tahun 2018 hingga 2023.
Sementara itu, pasokan aluminium dalam negeri masih didominasi produk impor dengan pangsa impor sebesar 56% dan pasokan dari Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.
Proyek hilir bauksit dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) sebagai perusahaan patungan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Direktur Utama PT BAI Leonard M. Manurung mengatakan, produksi perdana aluminium dari proyek SGAR tahap 1 akan dilaksanakan pada akhir tahun 2024 dan ditargetkan pada awal tahun 2025 proyek hilir bauksit sudah bisa dilaksanakan. beroperasi dengan kapasitas penuh 1 juta. ton aluminium per tahun.
Target produksi kami 1 juta ton aluminium per tahun atau sekitar 2.800 ton per hari, ujarnya dalam program Mining Zone ILLINI NEWS, dikutip Jumat (18/10/2024).
“Untuk (SGAR tahap 1) PT BAI targetnya akhir triwulan 2024, triwulan IV 2024. Kita harapkan bisa produksi alumunium dan nanti pada triwulan 1/2025 kita sudah bisa mencapai produksi penuh. produksi atau produksi 100%,” imbuhnya.
Selama proses produksi SGAR tahap 1, pemilik teknologi akan didampingi selama 2 tahun. Sumber bauksit untuk bahan baku smelter tersebut akan dipasok oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Leonard mengatakan, sebagian aluminium yang diproduksi PT BAI dikirim ke PT Inalum untuk kebutuhan produksi aluminium perseroan.
Dengan begitu, lanjutnya, pihaknya bersama Antam dan Inalum membentuk ekosistem hilir yang utuh, mulai dari hulu hingga hilir dalam produksi bauksit hingga alumina.
“Jadi ini benar-benar proses hilirisasi yang lengkap dimana hulunya dimiliki oleh Antam selaku pemilik tambang bauksit, kemudian Antam melakukan joint venture dengan Inalum sebagai penerima atau menerima bahan alumunium tersebut untuk diproduksi menjadi alumunium,” tutupnya. . (pgr/pgr) Simak video di bawah ini: Video: Proyek Hilirisasi Kotak Aluminium Terintegrasi Pertama RI Artikel Berikutnya Sah! RI punya proyek hilirisasi aluminium box terintegrasi pertama