JAKARTA, ILLINI NEWS – Indonesia digadang-gadang menjadi produsen katoda tembaga terbesar kelima di dunia yang dipimpin oleh dua perusahaan besar, PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mining International TBIC (AMMAN).
Menurut Presiden PTFI Tony Wenas, Indonesia bisa menjadi pemain perunggu dunia yang sangat diminati. Hal ini akan dipimpin oleh PTFI yang mengoperasikan pertambangan baru di Kawasan Ekonomi Khusus (KK), Gresik, Jawa Timur dan Aman Mining di Sumbawa, Nusa Tanga Barat, sebagai bagian dari upaya hilirisasi.
Setidaknya dengan 2 perusahaan tersebut, Indonesia diprediksi bisa memproduksi katoda tembaga hingga 1,5 juta ton per tahun. Oleh karena itu, Indonesia menempati posisi penting di pasar tembaga dunia.
Saat ini produksi tembaga katoda dari smelter PT Freeport Indonesia mencapai 1 juta ton per tahun.
“Kita produksinya 1 juta ton. Kalau digabung dengan Aman Mine kemungkinan besar 1,3-1,5 juta ton. Artinya kita (Indonesia) akan jadi nomor 5 dunia, meski hanya 2 perusahaan dari ILLINI NEWS Mining. Acara zona.
Pada tahun 2023, perlu diketahui bahwa Tiongkok akan menjadi produsen katoda tembaga terbesar di dunia, hingga 12 juta ton per tahun. Chili adalah produsen katoda tembaga terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok, dengan produksi tahunan sebesar 2 juta ton.
Kongo berada di urutan ketiga dengan produksi 1,9 juta ton per tahun. Dan, pada tahun 2023, Jepang akan menjadi produsen katoda terbesar keempat di dunia, dengan produksi 1,5 juta ton per tahun.
Peringkat ke-5 ditempati Rusia dengan produksi katoda tembaga 1 juta ton per tahun.
Menurut Tony, Indonesia mempunyai peluang besar untuk menjadi pemain terdepan di industri tembaga global. Hal ini dapat dicapai jika potensi tambang tembaga yang belum dikembangkan di Indonesia dapat digali secara maksimal.
“Kalau potensi tembaga yang belum kita kembangkan, tambang tembaga di Indonesia, kita benar-benar akan menjadi pemain besar di dunia. Namanya turun,” ujarnya.
Merevitalisasi perekonomian Pemerintah Indonesia untuk membuka jalan bagi dunia usaha
Di sisi lain, lanjut Tony, penting untuk mendorong perkembangan dunia usaha di dalam negeri. Hal ini dilakukan agar produk yang diperoleh dari katoda tembaga dapat digunakan secara efisien dalam industri manufaktur.
Menurut dia, meski produksi katoda tembaga PTFE meningkat, namun industri dalam negeri belum siap mengambil seluruh produksi katoda tembaga katoda perseroan. “Oleh karena itu, diharapkan industrinya semakin berkembang dan semakin banyak lagi usaha-usaha di bawahnya,” ujarnya.
Selain itu, ia mencontohkan dari 330 ribu ton katoda tembaga yang dihasilkan smelter katoda primer PTFI yang saat ini dikuasai PTFI, setidaknya 200 ribu tonnya dimanfaatkan oleh pengusaha lokal. Saat ini sisanya sebanyak 130 ribu ton diekspor.
Tony menilai, situasi serupa bisa terjadi di pabrik katoda tembaga kedua di Mayar Grecic yang tercatat memproduksi 600.000 ton katoda tembaga per tahun.
Jadi kalau dapat 600 ribu dengan kadar yang sama sekarang, bisa diekspor semua, kata Tony.
Oleh karena itu, dia berharap produksi barang manufaktur dalam negeri akan meningkat pesat untuk mengimbangi produksi tembaga katoda yang dihasilkan perseroan. Catatannya, sebagian katoda tembaga produksi PT Smelting dijual ke luar negeri.
“Faktanya yang dihasilkan PT Smelting masih perlu diekspor, tidak terancam, hanya diambil 50-60 persen,” ungkapnya.
Diketahui, Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) meresmikan produksi katoda tembaga pertama dari smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Gresik, Jawa Timur, Senin (23/09/2024).
Pabrik tembaga kedua PTFI merupakan single line terbesar di dunia dan dapat memproses 1,7 juta ton tembaga per tahun.
Bersama dengan smelter pertama milik PT Freeport Indonesia, akan memurnikan seluruh 3 juta ton tembaga per tahun dan menghasilkan sekitar 1 juta ton tembaga katoda, 50 ton emas, dan 220 ton perak per tahun. .
Dengan produksi garam kedua PTFI, PTFI telah menjadi perusahaan bottom line terintegrasi teratas di dunia.
Berdasarkan informasi PTFI, total investasi PTFI di Gresik mencapai Rp58 juta atau $3,67 miliar. Proyek ini memenuhi komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Khusus (IUPK) yang diterbitkan pada tahun 2018.
Selain itu, proyek ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk memberikan nilai tambah pada produk dalam negeri.
Dalam hal kontribusi finansial, selama lima puluh tahun PTFI telah bekerja sama dan berkontribusi terhadap pengembangan perekonomian lokal dan nasional, serta merupakan mitra pengelola Indonesia.
Hingga saat ini, PTFI telah melakukan investasi setidaknya $18 miliar, termasuk $11 miliar dalam pengembangan tambang bawah tanah, dan telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar lebih dari $71 miliar sejak tahun 1992.
PTFI juga akan memberikan manfaat langsung kepada Indonesia dalam bentuk pajak, upah, dividen, dan pembayaran lainnya sebesar $29,3 miliar selama periode 1992-2023. Besaran manfaat langsungnya lebih besar dibandingkan yang dibayarkan PTFI jika beroperasi di negara lain.
Selain itu, kontribusi langsung yang diberikan dalam hal upah karyawan, penjualan lokal, pengembangan masyarakat, pengembangan wilayah, dan investasi lokal mencapai 64,9 miliar dolar.
PTFI telah membantu menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 208.000 warga di Papua. Dari jumlah tersebut, 64.000 atau 31% berada di dalam Papua dan 144.000 atau 69% berada di luar Papua.
Dengan demikian, PT Freeport Indonesia tidak hanya menjadi penggerak perekonomian lokal, namun juga menjadi kontributor penting bagi pertumbuhan perekonomian negara, khususnya di bidang pertambangan dan bisnis tembaga di bawah Indonesia melalui investasi yang besar.
Selain pabrik PTFI, Jokowi meresmikan lahan PT Amman Mineral Internasional Tbk di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, pada Senin (23/9/2024). Pabrik tembaga ini memiliki biaya investasi sebesar 21 juta dolar.
Jokowi mengatakan pabrik ini akan menghasilkan 900.000 ton tembaga per tahun. Menurut dia, kehadiran pabrik khusus ini akan menambah nilai produksi tembaga. (Halaman/Hal