berita aktual Resesi Seks Makan Korban Baru: Jerman

JAKARTA, ILLINI NEWS – Krisis seksual melanda Jerman. Negara dengan perekonomian terbesar di Eropa ini baru-baru ini mengalami penurunan tajam angka kelahiran di bawah 10 tahun.

Menurut Newsweek, tingkat kesuburan di Jerman meningkat dari 1,38 menjadi 1,59 anak per wanita antara tahun 2011 dan 2016, menurut data yang diterbitkan oleh Biro Statistik Federal Jerman. Hal ini menghasilkan kondisi kerangka kerja yang lebih baik bagi keluarga dengan anak-anak dan imigran.

Namun pada tahun 2022 angka kesuburan turun sebesar 8% dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2023 turun sebesar 7% menjadi hanya 1,35 anak per wanita.

Data sementara triwulan I tahun 2024 menunjukkan kelanjutan tren tersebut. Beberapa faktor, terutama yang mempengaruhi perekonomian Rhine, menjadi penyebab berlanjutnya penurunan ini.

“Penurunan pendapatan riil akibat krisis virus corona, pecahnya perang di Ukraina, dan inflasi yang tinggi telah mendorong banyak keluarga muda untuk sementara waktu menunda melahirkan anak,” kata Joachim Ragnitz dari Ifo Institute cabang Dresden. Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada 23 Oktober.

“Perilaku kelahiran, seperti yang ditunjukkan oleh angka kelahiran, telah berubah secara dramatis selama tiga tahun terakhir. Saat ini hanya terdapat 1,35 anak per perempuan, dibandingkan 1,58 anak per perempuan pada tahun 2021”.

Ifo mengatakan bagian penting lainnya dari teka-teki ini adalah meningkatnya jumlah perempuan berusia 27 hingga 36 tahun di Jerman Timur. Kelompok usia ini diketahui memiliki jumlah ibu baru terbanyak di wilayah tersebut.

“Secara keseluruhan, jumlah bayi yang lahir pada tahun 2022 dan 2023 akan lebih sedikit dibandingkan perkiraan,” kata Ragnitz.

Secara total, negara ini mencatat 692.989 kelahiran pada tahun 2023, dengan rata-rata usia ibu saat melahirkan anak pertama adalah 30,3 tahun. Sementara itu, persentase perempuan tanpa anak akan mencapai 20% pada tahun 2022. Jumlah ini tetap stabil di Jerman sejak tahun 2012.

Sejauh ini, Ragnitz mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perubahan angka kelahiran yang terjadi baru-baru ini bersifat sementara atau permanen.

“Para pembuat kebijakan harus memantau perkembangan ini dengan lebih cermat untuk menghindari kemungkinan kesalahan penilaian ketika memperluas tempat penitipan anak dan sekolah,” tambahnya.

(luc/luc) Tonton video di bawah ini: Video: Laut Merah Terbakar, Houthi Yaman Ancam Bom Kapal Jerman Artikel berikutnya ‘Kiamat’ baru mengancam Thailand, warganya akan menjadi tua sebelum menjadi kaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *